Jamu Bali, Tradisi Penyembuhan Alami yang Kembali Diminati Wisatawan
- https://jadesta.kemenparekraf.go.id
Gumi Bali, VIVA Bali – Di tengah tren hidup sehat dan kembali ke alam, jamu Bali kembali menarik perhatian, tak hanya dari masyarakat lokal tapi juga wisatawan mancanegara. Minuman herbal tradisional ini dulunya hanya dikonsumsi oleh warga desa sebagai bentuk pengobatan alami, namun kini jamu mulai tampil modern dan hadir di berbagai kafe sehat hingga resort wellness.
Berbeda dengan jamu dari Jawa, jamu Bali dikenal dengan sebutan loloh. Komposisinya pun khas, menggunakan bahan-bahan lokal seperti daun cemcem, kunyit, temulawak, jahe, kelapa parut, hingga air kelapa. Salah satu varian yang paling terkenal adalah Loloh Cemcem, yang berasal dari Desa Penglipuran, Bangli. Minuman ini dipercaya mampu menyegarkan tubuh, menurunkan tekanan darah, melancarkan pencernaan, dan meningkatkan imun.
Loloh biasanya dibuat secara manual oleh masyarakat desa menggunakan resep turun-temurun. Proses pembuatannya masih mempertahankan metode tradisional, tanpa bahan pengawet. Ini menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang ingin merasakan pengalaman otentik dan alami.
Tak hanya dijual di desa atau pasar tradisional, kini jamu Bali juga hadir di berbagai tempat modern seperti kafe organik dan restoran vegan di Ubud dan Canggu. Beberapa tempat bahkan menyajikan jamu flight—yakni satu set berbagai jenis jamu dalam satu penyajian, sebagai bentuk eksplorasi rasa dan manfaat.
Jamu Bali bukan sekadar minuman kesehatan. Ia mencerminkan kearifan lokal, filosofi hidup seimbang, serta hubungan harmonis antara manusia dan alam. Kembalinya popularitas jamu menjadi sinyal bahwa tradisi penyembuhan alami tetap relevan di era modern.