Cokaiba, Tradisi Unik Perayaan Maulid Adat di Maluku Utara
- https://youtu.be/PNZjwFnqNoA?si=p9qdPWukrudyK0H2
Budaya, VIVA Bali – Maluku Utara, sebuah gugusan pulau yang kaya akan sejarah dan budaya, menyimpan berbagai tradisi unik yang mencerminkan perjalanan panjang akulturasi antara ajaran Islam dan kearifan lokal. Salah satu tradisi yang menarik dan sarat makna adalah Cokaiba, sebuah perayaan yang berakar dari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, yang telah berlangsung sejak abad ke-15 hingga ke-16 Masehi. Tradisi ini menjadi saksi bisu proses Islamisasi di Maluku Utara dan peran penting Kesultanan Ternate serta Tidore.
Sejarah Cokaiba dan Jejak Islamisasi
Tradisi Cokaiba berawal dari momen penyebaran Islam di Maluku Utara, yang sangat dipengaruhi oleh kepemimpinan tokoh-tokoh besar seperti Sultan Hairun dan Sultan Baabullah dari Kesultanan Ternate. Laman sejarah Indonesia, dikutip dari kajian tentang Islamisasi di Maluku Utara, menjelaskan bahwa pada abad ke-15 hingga ke-16 Masehi, perayaan Maulid Nabi menjadi momen penting untuk memperkuat identitas keagamaan masyarakat. Cokaiba diyakini muncul sebagai salah satu bentuk ekspresi keagamaan yang memadukan ajaran Islam dengan tradisi lokal yang sudah ada, menciptakan sebuah ritual yang unik dan khas bagi masyarakat di wilayah Patani, Weda, dan Maba.
Prosesi Ritual Cokaiba Perpaduan Islam dan Kearifan Lokal
Upacara Cokaiba merupakan rangkaian ritual yang berlangsung selama tiga hari, memadukan unsur-unsur keislaman dan kearifan lokal yang mendalam. Laman kebudayaan yang mengulas tradisi masyarakat adat di Maluku Utara, seringkali menguraikan prosesi ini.
1. Puji-Pujian dan Doa Bersama: Sebelum ritual inti Cokaiba dimulai, para imam akan memimpin pembacaan puji-pujian (shalawat) dan doa bersama setelah sholat Magrib dan Isya. Ini adalah bentuk penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW dan memohon berkah untuk kelancaran acara.
2. Persiapan Kostum dan Peralatan: Para pemuda setempat akan terlihat sibuk menyiapkan kostum yang akan digunakan dalam ritual Cokaiba. Kostum ini biasanya meliputi topeng unik dan peralatan dari rotan, yang memiliki makna simbolis dalam tradisi ini.
3. Pelaksanaan Ritual Cokaiba: Inti dari ritual ini adalah ketika warga yang menggunakan kostum topeng setan akan "mencari" dan "mengejar" siapa saja yang masih berkeliaran di jalanan. Jika ada warga yang ditemui, Cokaiba akan mengejar, memukul, atau mencubit mereka. Aksi ini diyakini memiliki makna simbolis dalam membersihkan atau mengusir hal-hal negatif.
4. Musik Gamelan Sasak dan Syair: Tabuhan tifa, alat musik tradisional Maluku, akan mengiringi pembacaan doa dan syair-syair pujian kepada Nabi Muhammad SAW. Perpaduan musik tradisional dengan elemen keagamaan menciptakan suasana yang sakral dan meriah.
5. Penyajian Makanan Tradisional: Makanan tradisional yang disajikan dalam ritual ini memiliki makna simbolis kebersamaan. Ini menjadi momen untuk berbagi dan mempererat tali silaturahmi antarwarga.
Nilai-Nilai Dalam Tradisi Cokaiba
Ritual Cokaiba mengandung nilai-nilai luhur yang penting bagi masyarakat Patani, Weda, dan Maba diantaranya nilai budaya religius (menjaga dan merayakan peringatan Maulid Nabi), pelestarian tradisi lokal, dan Fagogoru yaitu persaudaraan dan kebersamaan) dimana konsep ini sangat kuat dalam Cokaiba, memperkuat kohesi sosial dan rasa persatuan di antara tiga negeri utama yang terlibat.
Rekomendasi Pemerintah Dan Pelestarian Budaya
Pemerintah Indonesia, melalui Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), terus berupaya melestarikan dan mempromosikan warisan budaya takbenda seperti Cokaiba. Laman resmi Kemendikbudristek, dikutip dari program-program pelestarian budaya, seringkali mendokumentasikan dan mengapresiasi kekayaan tradisi masyarakat adat di seluruh Indonesia. Upaya pelestarian ini penting agar tradisi Cokaiba tidak hilang ditelan zaman dan tetap dapat diwariskan kepada generasi mendatang, sekaligus menjadi daya tarik budaya yang unik dari Maluku Utara.