Yadnya Kasada Bromo Ritual Sesaji di Kawah Gunung Api Aktif
- https://commons.wikimedia.org/wiki/File:Kasada_Umat_Hindu.jpg
Budaya, VIVA Bali – Di tengah lautan pasir Gunung Bromo, setiap tahun ada sebuah ritual yang selalu memikat perhatian banyak orang, Yadnya Kasada, atau lebih dikenal dengan Kasada. Upacara ini adalah tradisi masyarakat Tengger yang telah berlangsung ratusan tahun, sebuah bentuk penghormatan pada leluhur sekaligus ungkapan syukur atas hasil bumi yang mereka panen.
Ritual Kasada dilaksanakan setiap tanggal 14 bulan Kasada dalam kalender Jawa Tengger. Sejak dini hari, ribuan masyarakat Tengger berkumpul di Pura Luhur Poten, pura yang berdiri di kaki Gunung Bromo. Di sana mereka membawa sesaji berupa hasil panen, buah-buahan, ayam, kambing, hingga kerbau. Semua persembahan itu kemudian dilarung ke kawah Bromo sebagai wujud persembahan kepada Sang Hyang Widhi Wasa dan penghormatan pada leluhur.
Menurut Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, sesaji ini bukan sekadar simbol materi. Masyarakat Tengger percaya bahwa melarungkan hasil bumi adalah cara menjaga keseimbangan antara manusia, alam, dan leluhur. Ritual ini juga diyakini sebagai bentuk permohonan perlindungan dari bencana alam dan doa agar hasil pertanian mereka melimpah. Di sinilah terlihat bagaimana kearifan lokal memadukan spiritualitas dengan ekologi.
Kasada bukan hanya soal larung sesaji. Ritual ini juga diawali dengan Mendak Tirta, prosesi pengambilan air suci dari sumber-sumber keramat seperti Goa Widodaren atau Air Terjun Madakaripura. Air suci ini dipakai untuk menyucikan pura sebelum upacara utama dimulai. Detail semacam ini menunjukkan betapa kuatnya penghormatan masyarakat Tengger pada alam sekitar sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan spiritual mereka.
Menariknya, meski dilaksanakan di kawah gunung berapi aktif, ritual ini tetap berjalan dengan penuh keyakinan. Api obor yang menyala, taburan bunga, dan suara gamelan menciptakan suasana magis, seakan menegaskan bahwa hubungan manusia dengan alam harus terus dijaga meski zaman berubah.
Seiring waktu, Kasada juga menjadi daya tarik wisata budaya. Ribuan wisatawan dari berbagai daerah dan negara datang untuk menyaksikan prosesi unik ini. Namun, bagi masyarakat Tengger, inti Kasada tetap sama, bukan tontonan, melainkan ritual sakral yang merekatkan identitas mereka. Pengunjung pun diharapkan menjaga sikap, berpakaian sopan, dan menghormati jalannya upacara.
Ritual Kasada yang merupakan warisan leluhur bukanlah sekadar tradisi pelemparan sesaji ke kawah. Ia juga merupakan simbol keyakinan, keberanian, dan kebersamaan masyarakat Tengger dalam menjaga harmoni dengan leluhur dan alam. Di tengah gemuruh gunung yang masih aktif, masyarakat mengajarkan pada kita bahwa hubungan manusia dengan alam bisa dirawat melalui doa, persembahan, dan rasa syukur yang tulus.