Wisatawan Asing Terpikat Olah Kakao Tradisional di Lombok Timur, Sangrai Pakai Wajan Tanah

Wisatawan asing belajar menyangrai biji kakao
Sumber :
  • Amrullah/VIVA Bali

Lombok Timur, VIVA Bali – Pengalaman unik mencoba proses pengolahan kakao secara tradisional di Dusun Lendang Nangka, Desa Bebidas, Kecamatan Wanasaba, menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara. Bukan sekadar berkunjung, mereka rela meluangkan waktu untuk belajar memetik, mengolah, hingga menyeduh coklat hangat dari biji kakao yang baru dipanen.

Salah satu wisatawan asal Ceko, Anna Chaterina mengaku terkesan saat pertama kali mengunjungi Agrowisata Kakao milik yang ada di Bebidas tersebut. Berbeda dari wisata modern yang sering ia kunjungi, pengalaman menyentuh langsung proses pembuatan coklat secara manual menjadi momen berharga yang tak akan ia lupakan.

“Saya tidak pernah membayangkan bisa memetik buah kakao langsung dari pohonnya, kemudian mengolahnya sendiri dengan kete (wajan tanah) hingga menjadi minuman. Ini pengalaman yang sangat autentik dan menyenangkan,” ujar Anna. Senin 6 Oktober 2025.

Di agrowisata yang berdiri di lahan seluas dua hektare itu, wisatawan seperti Anna diajak terlibat dalam seluruh proses — mulai dari mengenali buah kakao yang siap panen, memisahkan biji, menjemurnya, hingga memanggang (roasting) secara tradisional. Proses tersebut dilakukan tanpa mesin modern, menggunakan peralatan sederhana seperti wajan tanah liat dan tungku kayu bakar.

“Bagi kami yang terbiasa membeli coklat di supermarket, melihat bagaimana prosesnya dari awal hingga akhir sangat membuka mata. Saya kini lebih menghargai setiap gigitan coklat yang saya makan,” ungkapnya.

Selain proses belajar, wisatawan juga diberi kesempatan meracik minuman coklat hangat khas lokal menggunakan teknik tradisional. Hasilnya, rasa coklat yang muncul jauh lebih pekat dan alami dibandingkan minuman instan yang biasa mereka temui di negara asal.

Pengelola Agrowisata, Sanusi Ardi mengatakan pengalaman semacam ini justru menjadi magnet kuat bagi wisatawan asing. Mereka tidak hanya datang untuk berfoto, tetapi benar-benar ingin memahami nilai budaya dan tradisi di balik setiap biji kakao.

“Banyak tamu asing yang mengatakan bahwa pengalaman seperti ini jarang mereka dapatkan di tempat lain. Mereka senang karena bisa terlibat langsung dan merasakan kehidupan lokal,” jelas Sanusi.

Menariknya, meski belum pernah diresmikan secara resmi dan minim promosi, tempat ini tetap ramai dikunjungi wisatawan dari berbagai negara. Sebagian besar menemukan lokasi hanya lewat pencarian di Google Maps saat mereka hendak berwisata ke Sembalun.

“Yang membuat kami bangga adalah mereka datang kembali membawa teman atau keluarga setelah merasakan pengalaman pertama. Artinya, kesederhanaan dan keaslian proses inilah yang benar-benar berkesan bagi mereka,” pungkas Sanusi.




Wabup Lombok Timur Perkuat Kemitraan Kemanusiaan, Targetkan Akses Air Bersih dan Penanggulangan Stunting