Peraja Coffee, “Ubud” Kecil di Kaki Rinjani
- Amrullah / VIVA Bali
Nama “Peraja” sendiri diambil dari akronim Persatuan Remaja Ajan, sebuah komunitas remaja masjid yang sudah lama ia bentuk. Isnaini ingin nama itu menjadi simbol kebersamaan, sekaligus diabadikan dalam destinasi wisata yang ia bangun.
Peraja Cofee di lihat dari Drone
- Amrullah/VIVA Bali
Seiring waktu, Peraja Coffee tak hanya menjadi tempat menikmati kopi. Lokasi ini berkembang menjadi ruang diskusi, titik kumpul masyarakat, sekaligus destinasi wisata yang menyatu dengan keindahan alam sawah.
“Alhamdulillah, sejak 2020 banyak pejabat daerah datang ke sini. Mulai dari ibu Mantan wakil gubernur NTB, bupati Lombok Timur, hingga jajaran pejabat provinsi. Mereka biasanya singgah saat ada kegiatan, salah satunya saat sosialisasi JPS Gemilang,” ungkap Isnaini.
Keberadaan Peraja Coffee membawa manfaat nyata bagi warga sekitar. Para pengrajin bambu di Desa Loyok kini memiliki tempat baru untuk memasarkan produk mereka. Isnaini menyediakan artshop kecil bagi pengunjung yang ingin membeli hasil anyaman khas Loyok sebagai oleh-oleh.
“Kami ingin Peraja Coffee bukan hanya soal wisata, tapi juga mendukung ekonomi masyarakat. Jadi pengunjung bisa menikmati suasana sawah sambil pulang membawa kerajinan bambu asli Loyok,” katanya.