BI Ungkap Tingginya Perekonomian di Bali Berkolerasi pada Rendahnya Pertumbuhan Kredit
- Maha Liarosh/VIVA Bali
Ia menjelaskan kebijakan likuiditas makro prudential dalam pemahaman sederhana, menguntungkan kalangan perbankan. Sebab, dengan aktif menyalurkan kredit maka akan mengurangi simpanan ke bank sentral.
"Itu salah satu insentif yang diberikan. Harapannya, dengan insentif itu bank akan lebih aktif menyalurkan kredit," jelas Andy.
Ia menambahkan, Bank Indonesia batasan risiko kredit sebesar 5%. Tapi di Bali non performing loan (NPL) hanya 1,42%, atau masih jauh di bawah angka risiko kredit yang dipersyaratkan oleh Bank Indonesia.
Begitu pula, loan at risk (LAR) di Bali saat ini cukup rendah, hanya sekitar 10%. Kondisi itu berbeda saat pandemi covid-19, indikasi risiko kredit mencapai 80-90%.
"Jadi masih ada ruang untuk perbankan menyalurkan kredit, karena risikonya yang relatif rendah. Begitu pula dilihat dari loan at risk itu juga relatif rendah dan trennya menurun," kata Andy.
Dirinya berharap, kalangan perbankan mendorong banyak sektor melalui penyaluran kredit. Sehingga, perkembangan ekonomi di Bali tidak hanya tinggi tapi juga sustain.
IBalinomic yang mengangkat tema 'Prospek Perekonomian serta Potensi Pembiayaan dalam Mendukung Intermediasi dan Perekonomian Bali' merupakan forum untuk sinergi dan kolaborasi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi Bali.