Masyarakat Gilimanuk Gelar Ritual Mulang Pekelem dan Petik Laut di Selat Bali

Upacara Mullang Pekelem dan Petik Laut di Selat Bali
Sumber :
  • I Nyoman Sudika/ VIVA Bali

Jembrana, VIVA Bali – Untuk memohon keselamatan masyarakat Gilimanuk yang di koordinir oleh pihak Kelurahan dan Desa Adat Gilimanuk, menggelar upacara Mulang Pakelem dan  Petik laut di perairan Selat Bali, Jumat 25 Juli 2025.

Tidak Menjaga Jarak, 4 Truk Terlibat Kecelakaan Beruntun di Jalan Denpasar-Gilimanuk

Sebelum prosesi Mulang Pakelem ke tengah Selat Bali, terlebih dahulu dilaksanakan upacara pecaruan dengan bebangkit. Upacara dipusatkan di Dermaga LCM Gilimanuk dan dipuput tiga rohaniawan Hindu yakni Ida Pedanda Istri Nabe Manuaba dari Griya Manistutu Melaya, Ida Pandita Nabe Mpu Reka Kusuma Ananda dari Griya Arum Gilimanuk dan Ida Rsi Agung Ananda Yoga Pinatih dari Griya Samiana Gilimanuk.

Ketua Panitia Karya yang juga sebagai Lurah Gilimanuk, Ida Bagus Tony Wirahadikusuma mengatakan inisiasi upacara Segara Kerti Mulang Pakelem ini bertujuan utama untuk memohon keselamatan.

Kunci Nyantol, Residivis Leluasa Gasak Sepeda Motor Milik Pedagang

"Apalagi kemarin adanya musibah kapal tenggelam KMP Tunu Pratama Jaya di Selat Bali, jadi kami bersama Desa Adat berinisiatif melaksanakan upacara pakelem ini," ungkapnya pada Bali.viva.co.id

 

Dalam Konsidi Rusak, 14 Sekolah di Jembrana Masuk Daftar Perbaikan

upacara pecaruan di Dermaga LCM Gilimanuk

Photo :
  • I Nyoman Sudika/VIVA Bali

 

Pihaknya juga mendapatkan masukan dari para tokoh spiritual dan segera mencari petunjuk kepada para sulinggih (pemuka agama Hindu) sebelum pelaksanaan kegiatan Mulang Pakelem ini.

“Upacara ini mendapatkan dukungan penuh dari Pemkab Jembrana, ASDP serta para donator yang peduli akan keselamatan pelayaran. Upacara ini menelan biaya sebesar Rp 85 juta, sepenuhnya berasal dari donatur,” jelas Lurah Gilimanuk yang akrab disapa Gus Tony.

Lanjut Gus Tony, untuk tingkatan upacara digunakan catur Bah dengan caru bebangkit menggunakan pakelem hewan kambing, ayam, bebek, dan kerbau yus merana. Usai pecaruan dilanjutkan dengan Mulang Pekelem dengan menggunakan KMP Agung Samudra IX menuju tengah laut Selat Bali.

“Upacara ini juga dirangkai dengan tradisi Petik Laut, di mana warga Gilimanuk yang berprofesi sebagai nelayan melarung sesaji sebagai bentuk rasa syukur,”imbuhnya.

Sementara itu  Wakil Bupati Jembrana, I Gede Ngurah Patriana Krisna yang berkesampatan hadir bersama Forum Pimpinan Daerah mengatakan, upacara Mulang Pakelem dan tradisi Petik Laut ini merupakan wujud upakara untuk memohon perlindungan dan keselamatan.

"Kita selama ini telah memanfaatkan laut sebagai salah satu sumber kehidupan serta sebagai sarana lalu lintas antar pulau, tentu kita wajib memohon perlindungan kepadaNya," ujarnya.

Patriana Krisna yang akrab disapa Ipat menambahkan Mulang Pakelem adalah bentuk permohonan keselamatan bagi seluruh masyarakat, khususnya yang akan menyeberang di penyeberangan Gilimanuk-Ketapang. Sementara itu, tradisi Petik Laut adalah wujud rasa terima kasih para nelayan atas rezeki yang diberikan. Pihaknyapun berharap kegiatan ini tidak hanya dilakukan sekali namun bisa rutin dilaksanakan setiap tahun.

"Kami berharap ke depannya, upacara ini dapat dilaksanakan secara rutin, tentu dengan mempertimbangkan biayanya," kata Ipat.

Disisi lain, Gubernur Bali dalam sambutannya yang dibacakan oleh Kadis Perhubungan Provinsi Bali, Gde Wayan Samsi Gunarta, mengajak seluruh pihak untuk menghormati laut sebagai sumber kehidupan tak ternilai maupun sisi spiritual. Ditekankan pula menjaga kelestarian laut adalah tanggung jawab bersama demi keberlangsungan ekosistem dan kesejahteraan generasi mendatang.