Kapal Angkut Truk Kini Harus Pilih-Pilih, Penumpukan Tak Terhindarkan
- Anton Heri Laksana/ VIVA Banyuwangi
Banyuwangi, VIVA Bali –Paska musibah tenggelamnya Kapal Motor Penumpang (KMP) Tunu Pratama Jaya di perairan Selat Bali, Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Tanjung Wangi terus melakukan inspeksi mendadak dengan menggelar ram chek pada seluruh kapal yang beroperasi di penyeberangan Ketapang Gilimanuk. Sedikitnya 15 kapal dinyatakan tidak layak layar dan harus memenuhi sejumlah persyaratan dalam waktu sebulan.
Menurut informasi di lingkungan Pelabuhan Ketapang Gilimanuk, kemacetan terjadi tidak semata-mata akibat ditahannya 15 unit armada kapal oleh KSOP.
Namun adanya kebijakan yang diberlakukan oleh pihak berwenang terkait dengan jumlah dan tonase muatan pada kapal.
Kendaraan besar terjebak antrian di Desa Bangsring Banyuwangi
- Anton Heri Laksana/ VIVA Banyuwangi
Jika sebelumnya tidak terlalu menjadi perhatian, namun pasca musibah yang dialami KMP Tunu Pratama Jaya sejumlah aturan mulai diberlakukan secara ketat dengan pengawasan dari KSOP Tanjung wangi.
“Sebelum peristiwa Tunu (KMP Tunu Pratama Jaya), jumlah muatan kapal tidak terlalu diperhatikan tapi sekarang menjadi hal yang wajib dilakukan pengawasan,” ujar seorang petugas di lingkungan Pelabuhan Ketapang Gilimanuk.
Bahkan KSOP kini memberlakukan aturan muat maksimal 75 persen dari batas tonase yang diijinkan dalam dunia pelayaran.
Kendaraan besar terjebak antrian di Desa Bangsring Banyuwangi
- Anton Heri Laksana/ VIVA Banyuwangi
“Sebelumnya kan tahu sendiri bagaiman kapal saat bongkar muat, pasti selalu penuh. Bahkan bisa dianggap overload,” tutur petugas yang ditemui di areal Pelabuhan Ketapang Gilimanuk.
Akibat hal tersebut, dapat dipastikan jumlah muatan pada setiap kapal tidak sebanyak dalam kondisi yang sebelumnya.
“Misalnya gini, ada kapal yang hanya bisa muat 4 truk besar dan sisanya kendaraan kecil. Tapi karena kendaraan kecil tidak mampu menembus antrian ke areal Pelabuhan, ya akhirnya tidak bisa diangkut dan kapal berangkat dengan muatan seadanya,” kata petugas tersebut pada Bali.viva.co.id.
Kondisi semakin pelik saat pengemudi truk yang berada di barisan depan menolak saat kendaraan kecil yang berada di belakangnya berangkat lebih dahulu.
Kendaraan besar terjebak antrian di Desa Bangsring Banyuwangi
- Anton Heri Laksana/ VIVA Banyuwangi
“Petugas di lapangan harus memaklumi itu. Kan pengemudi truk itu antri lebih awal, jadi wajarlah jengkel kalau justru kendaraan yang dibelakangnya berangkat duluan,” ungkap petugas tersebut.
Akibat pengubahan sistem angkut muatan yang diberlakukan oleh pengelola kapal tersebut ikut memicu antrian kemacetan total di jalur Pantura Kabupatean Banyuwangi, Jawa Timur.
Dalam kesempatan berbeda, Kepala KSOP Tanjungwangi Purgana belum berhasil dihubungi Bali.viva.co.id karena tidak berada di tempat.
“Langsung sama bapak (Kepala KSOP Tanjungwangi, Purgana) saja tapi beliau kebetulan sedang tidak ditempat,” jawab seorang petugas di kantor KSOP Tanjungwangi.
Kemacetan ribuan kendaraan ini sudah terjadi dalam 2 hari terakhir. Sebelumnya antrian serupa dan memacetkan jalur Pantura Kabupaten Banyuwangi sempat terjadi selama 5 hari namun kemudian lancar.