Pengerakse Agung Majelis Adat Sasak, Ritual Sembeq Harus di Jalankan untuk Pendakian Gunung Rinjani

Lalu Sajim Sastrawan Pengerakse Agung Majelis Adat Sasak
Sumber :
  • Ramli Ahmad/ VIVA Bali

Mataram, VIVA Bali –Keselamatan pendakian gunung Rinjani mendapatkan perhatian dunia, setelah salah satu pendaki asal Brasil Juliana Marins yang jatuh ke dalam jurang di kawah Rinjani, safety hingga SDM menjadi perdebatan di kalangan masyarakat. 

Terima Donasi Rp 1,5 Milyar dari Netizen Brazil, Inilah Sosok Viral Agam Rinjani Pengevakuasi Juliana Marinz

 

Melihat kondisi ini Pengerakse Agung Majelis Adat Sasak (MAS) Lalu Sajim Sastrawan mendorong memberlakukan kembali tradisi masyarakat adat sasak dalam prosesi ritual Sembeq merupakan penandaan bagi tamu yang memasuki kawasan masyarakat adat.

7 Spot Pendakian Terbaik di Bali yang Wajib Kamu Jelajahi

 

"Sembeq tidak hanya ritual adat sebatas mengusap kening saja, melainkan ada doa tatakrama mendaki Rinjani yang melekat dalam petuah-petuah dari tokoh tertua masyarakat adat di masing-masing jalur pendakian, ritual ini merupakan bentuk penghormatan kepada alam, khususnya Gunung Rinjani, serta permohonan keselamatan dan kelancaran bagi para pendaki," Ujar Lalu Sajim, Jumat 4 Juli 2025. 

Ingin Mendaki Gunung Agung Bali? Ini Tips dan Panduannya

 

Menurut Lalu Sajim selain modernisasi alat keselamatan dan peningkatan SDM bagi pemandu pendakian, penting juga mendaki Rinjani dengan kearifan lokal untuk tidak di lupakan. 

 

"Rinjani ini kemaliq besar suku Sasak yang harus tetap di jaga bagi siapa pun yang mendakinya," Tambahnya. 

 

Ia menilai memberlakukan penerapan Sembeq bagi pendaki diharapkan mampu mengedukasi betapa pentingnya penghormatan terhadap alam, menjaga kebersihan, keamanan dan kesucian alam agar tetap terjaga dan lestari.

 

Menurutnya pemerintah terutama Gubernur semestinya mengumpulkan semua Kepala  daerah yang memiliki pintu pendakian untuk menyatukan aturan dengan melibatkan semua unsur hingga terbentuk awik - awik yang mengikat dan merealisasikan ritual ini terutama teknis untuk prosedur (SOP) dalam penerapannya. 

 

"Kami menyarankan kepada TNGR berkoordinasi dengan Gubernur untuk membuat awik-awik kearifan lokal ini sebagai aturan yang harus di patuhi," harap Lalu Sajim. 

 

Selain kearifan lokal tetap terjaga, ritual ini juga memiliki tujuan untuk peningkatan kerjasama dan dukungan antar pihak dalam pengelolaan Rinjani dan menguatkan Gunung Rinjani sebagai salah satu warisan UNESCO dimana sektor kebudayaan dan sektor lain kian bersinergi.