Ekonomi Bali Melambat di Awal 2025, Pariwisata Selamatkan Angka
- Cassie Gallegos/Unsplash.com
Denpasar, VIVA Bali –Ekonomi Bali pada triwulan I-2025 menunjukkan dinamika yang menarik. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali mencatat adanya kontraksi ekonomi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namun tetap tumbuh positif jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Menurut Berita Resmi Statistik (BRS) yang dirilis pada 5 Mei 2025, ekonomi Bali pada triwulan I-2025 terkontraksi sebesar 4,38 persen dibandingkan triwulan IV-2024 (q-to-q). Namun, jika dibandingkan dengan triwulan I-2024 (y-on-y), ekonomi Bali masih tumbuh sebesar 5,52 persen.
Kontraksi ekonomi di awal tahun ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. BPS mencatat, berakhirnya momentum libur Natal dan Tahun Baru serta masuknya periode low season pariwisata menjadi penyebab utama penurunan aktivitas ekonomi. Selain itu, cuaca buruk yang mengganggu produksi pertanian dan minimnya proyek konstruksi pada awal tahun juga turut berkontribusi pada perlambatan ini.
Dari sisi produksi, hampir semua lapangan usaha mengalami kontraksi pada triwulan I-2025. Kontraksi terdalam terjadi pada sektor konstruksi (8,83 persen), diikuti oleh perdagangan besar dan eceran (7,70 persen), serta real estat (7,69 persen). Namun, ada tiga sektor yang masih mencatatkan pertumbuhan positif, yaitu pengadaan listrik dan gas, transportasi dan pergudangan, serta jasa keuangan dan asuransi.
Pariwisata Masih Jadi Andalan, Konsumsi Rumah Tangga Meningkat
Meskipun terkontraksi secara triwulanan, ekonomi Bali secara tahunan masih tumbuh positif. Pertumbuhan ini terutama ditopang oleh meningkatnya kunjungan wisatawan ke Bali dibandingkan tahun sebelumnya. Peningkatan aktivitas pariwisata ini berdampak positif pada lapangan usaha akomodasi dan makan minum serta transportasi dan pergudangan.
Dari sisi pengeluaran, konsumsi rumah tangga masih menjadi kontributor terbesar PDRB Bali, dengan kontribusi mencapai 54,75 persen. Komponen ini juga mengalami peningkatan sebesar 1,23 persen dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa daya beli masyarakat Bali masih cukup kuat, didorong oleh perayaan hari besar keagamaan dan peningkatan aktivitas ekonomi terkait pariwisata.