5 Perayaan Unik Natal Nusantara! Dari Jakarta hingga Papua

Musik Keroncong Perayaan Natal Rabo-Rabo
Sumber :
  • https://www.facebook.com/photo?fbid=1036930128471767&set=a.369632691868184

Budaya, VIVA Bali – Natal di Indonesia tidak hanya dirayakan dengan ibadah di gereja dan kumpul keluarga, tetapi juga dengan tradisi-tradisi khas yang diwariskan turun-temurun di berbagai daerah. Setiap tradisi mencerminkan akulturasi iman dengan budaya lokal, yang membuat perayaan Natal di Nusantara begitu unik. Berikut lima tradisi Natal paling istimewa di Indonesia yang sarat makna kebersamaan.

1. Rabo-rabo (Jakarta)

Barong Ider Bumi, Kearifan Lokal Osing Banyuwangi untuk Menolak Bala

Warga keturunan Portugis di Kampung Tugu, Jakarta, memiliki tradisi Natal bernama Rabo-rabo. Usai kebaktian di gereja, mereka beramai-ramai mengunjungi rumah-rumah tetangga sambil bernyanyi, berjoget, dan memainkan musik keroncong khas Tugu.

Tradisi yang berlangsung sejak zaman kolonial ini menjadi sarana untuk saling memaafkan, mirip dengan halal bihalal umat Muslim. Kemeriahan Rabo-rabo berlangsung sejak Natal hingga Tahun Baru dengan penuh kegembiraan.

2. Kunci Taon (Manado)

Marapu Tradisi Leluhur Sumba yang Jaga Harmoni Manusia, Alam, dan Roh

Di Minahasa, Sulawesi Utara, Natal dirayakan dengan Kunci Taon atau “mengunci tahun.” Tradisi dimulai awal Desember dengan ibadah dan ziarah ke makam keluarga, lalu ditutup pada minggu pertama Januari dengan pawai kostum meriah.

Tradisi ini adalah bentuk rasa syukur kepada Tuhan atas tahun yang telah dilalui dan doa agar tahun baru membawa lebih banyak berkat. Berbeda dengan tradisi Pasiar, Kunci Taon lebih menekankan kebersamaan dan ekspresi sukacita di ruang publik.

3. Wayang Wahyu (Jawa Tengah)

Tari Aluyen, Warisan Suku Moi yang Sarat Makna Sosial dan Spiritual

Umat Katolik di Jawa Tengah punya cara unik menyampaikan kisah Alkitab, yaitu lewat Wayang Wahyu. Pertunjukan wayang kulit ini lahir di Surakarta pada tahun 1960 oleh Bruder L. Timotius Wignyosubroto, dengan lakon yang diambil dari Perjanjian Lama dan Baru.

Dengan iringan gamelan Jawa dan tatah sungging khas pewayangan, Wayang Wahyu menjadi sarana edukasi iman sekaligus pelestarian budaya Jawa. Tradisi ini juga menegaskan nilai toleransi dalam keberagaman Indonesia.

4. Marbinda (Sumatera Utara)

Di Sumatera Utara, masyarakat Batak Toba merayakan Natal dengan tradisi Marbinda. Warga mengumpulkan biaya bersama untuk membeli hewan kurban biasanya sapi, kerbau, atau babi yang kemudian disembelih dan dibagi rata.

Selain itu, ada kegiatan Marhobas, yakni memasak daging secara bersama-sama sebelum disantap bersama. Tradisi ini menekankan keadilan, kebersamaan, dan rasa syukur yang mempererat ikatan kekeluargaan.

5. Bakar Batu (Papua)

Bagi masyarakat Papua, tradisi Bakar Batu adalah wujud syukur, kebersamaan, sekaligus sarana mempererat persaudaraan. Ritual ini melibatkan proses memasak dengan batu panas yang dimasukkan ke dalam lubang berisi daging babi, sayuran, dan ubi.

Tradisi ini dilakukan untuk berbagai momen, mulai dari kelahiran, perkawinan, hingga penyambutan tamu besar. Bahkan, dalam beberapa kasus, Bakar Batu juga dipakai untuk mendamaikan konflik antarwarga.

Nama tradisi ini berbeda-beda di tiap daerah, seperti Kit Oba Isogoa (Wamena), Mogo Gapil (Paniai), dan Barapen (Suku Dani). Seiring waktu, tradisi ini juga beradaptasi, misalnya pada komunitas Muslim Papua yang mengganti daging babi dengan ayam.

Tradisi-tradisi Natal di Nusantara menunjukkan betapa kayanya budaya Indonesia. Dari Jakarta hingga Papua, setiap daerah punya cara unik untuk merayakan Natal, namun semuanya membawa pesan yang sama: kebersamaan, rasa syukur, dan cinta kasih.