Benjang, Seni Bela Diri Tradisional Sunda yang Memadukan Budaya dan Magis

Duel Sengit Seni Pertunjukkan Benjang
Sumber :
  • https://budaya-indonesia.org/benjang

Budaya, VIVA BaliBenjang adalah salah satu warisan budaya Indonesia yang berasal dari Kecamatan Ujungberung, Bandung. Dilansir dari bandung.go.id, menjelaskan bahwa seni olahraga ini bukan sekadar pertunjukan gulat biasa, melainkan perpaduan unik antara seni, olahraga, dan tradisi spiritual yang telah berkembang sejak akhir abad ke-19. Nama Benjang sendiri berasal dari singkatan "sasamben budak bujang," yang berarti "arena para jejaka," merujuk pada asal-usulnya sebagai permainan anak-anak lelaki atau budak perkebunan kopi di sebuah arena bernama sasamben.

Barong Ider Bumi, Kearifan Lokal Osing Banyuwangi untuk Menolak Bala

Selain aspek olahraga dan seni, Benjang juga dikenal memiliki dimensi magis yang kuat. Dilansir dari indonesia.org, pertunjukan Benjang sering kali diiringi keributan, biasanya karena salah satu penonton kerasukan. Hal ini berkaitan dengan kepercayaan bahwa para pemain Benjang memiliki kekuatan magis. Sebelum bertanding, para pemain melakukan ritual seperti mandi kembang, memberi sesajen kepada leluhur, minum air jampe yang telah didoakan, atau berpuasa sehari sebelumnya. 

Benjang kembali dipentaskan secara terbuka dan mulai mendapatkan pengakuan sebagai warisan budaya yang penting. Dilansir dari kemenpora.go.id, benjang terdiri dari tiga bentuk utama: Benjang Gulat, Benjang Helaran, dan Benjang Topeng. Di antara ketiganya, Benjang Gulat paling populer dan tengah dipromosikan hingga tingkat nasional dan internasional. Pertandingan Benjang Gulat diawali dengan ibingan, sebuah tarian khas yang wajib dilakukan para petarung sebagai bentuk penghormatan dan kesiapan menghadapi lawan. Ibingan ini diiringi musik tradisional Sunda seperti kendang, gong, dan kecrek, yang menghidupkan suasana gelanggang dan menambah kekhidmatan pertunjukan.

Marapu Tradisi Leluhur Sumba yang Jaga Harmoni Manusia, Alam, dan Roh

Pada FORNAS VIII 2025 di Lombok, Benjang tampil sebagai salah satu cabang olahraga yang dipertandingkan dan berhasil mencuri perhatian publik serta tamu undangan nasional. Lebih dari 200 pegiat dari 10 provinsi berpartisipasi dalam 16 kelas pertandingan, mulai dari kategori remaja hingga bebas. Meskipun baru diikuti oleh 10 provinsi, seni olahraga ini telah berkembang di 15 provinsi di Indonesia. Abdul Munir, Wakil Ketua Umum Perkumpulan Seni Olahraga Benjang Indonesia (PSOBI), berharap Benjang dapat menyebar ke seluruh tanah air bahkan ke mancanegara. “Ini bukan hanya soal olahraga, tapi tentang warisan budaya bangsa,” kata Abdul Munir pada kemenpora.go.id. 

Dukungan pemerintah juga kuat, seperti yang disampaikan Sekretaris Deputi Bidang Pembudayaan Olahraga Kemenpora RI, Yayat Suyatna, yang berharap Benjang terus dipromosikan dan digemari generasi muda di seluruh Nusantara pada kemenpora.go.id. Benjang bukan sekadar seni olahraga, melainkan cerminan keberanian, keuletan, dan kegigihan dalam melestarikan budaya lokal. Bagi generasi muda, mengenal Benjang berarti memahami warisan budaya yang kaya dan belajar menghargai akar tradisi bangsa.

Tari Aluyen, Warisan Suku Moi yang Sarat Makna Sosial dan Spiritual