Uniknya Mulud Adat Bayan di Lombok Utara, Perpaduan Islam dan Budaya Sasak

Prosesi Mulud Adat Bayan
Sumber :
  • https://www.instagram.com/p/Cx3-t9gP21V/?img_index=3&igsh=aThqcGx6aXU2cHU1

Sejak pagi, masyarakat adat Bayan membawa hasil bumi ke Kampu, pusat komunitas adat. Padi, ketan, kelapa, buah, hingga ternak dipersembahkan kepada tokoh adat sebagai tanda syukur. Hasil bumi ini nantinya diolah menjadi sajian untuk ulama dan warga pada hari kedua.

Mengungkap Nilai Spiritual dalam Kesenian Jaranan Jawa

Para perempuan adat kemudian melaksanakan Menutu Pare—menumbuk padi dengan Rantok Beleq (lesung kayu besar) secara berirama. Tabuhan Gendang Gerantung mengiringi suasana, menambah nuansa sakral sekaligus meriah.

Sore harinya, kaum pria memasang tunggul atau umbul-umbul bambu di sekitar Masjid Kuno Bayan. Malamnya, digelar tradisi Presean, yaitu adu ketangkasan menggunakan rotan sebagai simbol keberanian dan hiburan rakyat.

Hari Kedua: Puncak Ritual

Tedhak Siten, Tradisi Jawa Penuh Makna di Langkah Pertama Bayi

Keesokan paginya, perempuan adat melaksanakan Misoq Beras, yaitu mencuci beras di mata air suci Lokoq Masan Segah. Iring-iringan mereka berjalan teratur, penuh pantangan, menandakan kesucian prosesi.

Sore hari digelar Praja Mulud. Para pemuda membawa Nasi Ancak—hidangan nasi dan lauk dalam daun pisang—ke Masjid Kuno Bayan. Simbol ini menggambarkan perkawinan Nabi Adam dan Hawa, penyatuan langit dan bumi.

Indahnya Tumbilotohe, Festival Lampu Ramadan di Gorontalo

Ritual kemudian ditutup dengan doa bersama yang dipimpin tokoh agama, dilanjutkan makan bersama seluruh warga. Suasana penuh keakraban ini merefleksikan semangat gotong royong yang masih kuat di masyarakat Bayan.

Halaman Selanjutnya
img_title