Pacu Jalur Riau! Warisan Budaya Abad ke-17 yang Mendunia

Festival Pacu Jalur Ria
Sumber :
  • https://www.instagram.com/p/DOBSOaaD91D/?igsh=bG45Mnl1MWFsZ2Rz

Budaya, VIVA Bali – Tradisi Pacu Jalur sudah tercatat sejak abad ke-17. Pada masa itu, jalur sebuah perahu panjang dari batang kayu utuh digunakan masyarakat sebagai alat transportasi utama untuk mengangkut hasil bumi. Perahu ini mampu menampung hingga 40–60 orang sekaligus. Anak anak yang berada di ujung jalur mereka disebut sebagai togak luan dan biasanya ada 1 anak lagi dibelakang disebut sebagai tukang onjal. Didepan tugasnya memberikan semangat dan baru akan menari pas jalurnya unggul sedangkan yang dibelakang bertugas buat mengarahkan jalur.

Tembakau Cerutu Jember, Komoditas Unggulan yang Mendunia!

Seiring waktu, jalur tidak lagi hanya berfungsi sebagai transportasi, tetapi juga dijadikan sarana hiburan. Awalnya, perlombaan jalur diadakan untuk memperingati hari besar Islam. Pada era kolonial Belanda, lomba ini bahkan digelar untuk merayakan ulang tahun Ratu Wilhelmina. Kini, Pacu Jalur menjadi agenda tahunan untuk memperingati Hari Kemerdekaan Republik Indonesia, sekaligus menjadi festival budaya yang ditunggu-tunggu masyarakat.

Popularitas Pacu Jalur terus berkembang. Tidak hanya dikenal di Riau, tradisi ini kini menjadi salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang diakui secara nasional dan dikenalkan ke dunia internasional. Pacu Jalur adalah bukti bahwa tradisi lokal bisa menjadi identitas global, tanpa kehilangan nilai asli yang diwariskan turun-temurun.

Proses Pembuatan Jalur

Batik Sebagai Warisan Dunia dan Tren Fashion Global

Membuat jalur bukanlah pekerjaan sederhana. Jalur biasanya dibuat dari satu batang kayu besar yang kuat, seperti kayu benio, dengan panjang mencapai 25 hingga 30 meter. Prosesnya melibatkan keterampilan tinggi dan semangat gotong royong.

Tahap awal dimulai dengan upacara menobang, yaitu prosesi meminta izin kepada alam sebelum menebang pohon. Setelah kayu ditebang, pengerjaan jalur dilakukan secara teliti: mulai dari meratakan batang, melubangi bagian dalam, membentuk haluan, hingga memasang kemudi. Semua ini diakhiri dengan upacara khusus saat jalur siap diturunkan ke sungai.

Filosofi dan Nilai Pacu Jalur

Halaman Selanjutnya
img_title
Burung Enggang yang Menjadi Simbol dan Identitas Suku Dayak