Multitasking Bisa Turunkan Produktivitas, Ini Faktanya!

Ilustrasi seorang wanita yang sedang multitasking
Sumber :
  • https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita-perempuan-kaum-wanita-smartphone-4476635/

Lifestyle, VIVA Bali – Di era serba cepat, multitasking sering dianggap sebagai keterampilan unggulan untuk meningkatkan produktivitas. Banyak orang bangga bisa mengerjakan beberapa hal sekaligus, seperti menjawab email sambil rapat daring atau belajar sambil membuka media sosial. Namun, riset menunjukkan multitasking justru tidak seefisien yang dibayangkan. Alih-alih mempercepat pekerjaan, kebiasaan ini kerap mengganggu fokus, memperlambat berpikir, dan menurunkan kualitas hasil kerja.

Resep Minyak Kemiri Rumahan untuk Rambut Rontok, Cukup 3 Langkah Praktis

Menurut American Psychological Association (APA), multitasking sejatinya adalah “task switching” atau peralihan cepat antar-tugas. Setiap kali otak berganti fokus, selalu ada jeda meski hanya sepersekian detik. Namun, akumulasi perpindahan ini bisa menimbulkan kelelahan kognitif. Penelitian juga menemukan bahwa orang yang sering multitasking cenderung lebih sulit mengingat informasi dan mempertahankan perhatian dalam jangka panjang.

Hal serupa juga dipaparkan dalam jurnal Annals of Medicine and Surgery. Studi tersebut menekankan bahwa multitasking digital dapat mengubah pola kerja otak. Perpindahan tugas yang terus-menerus membuat sistem saraf kewalahan, memicu overload kognitif. Dalam jangka panjang, hal ini berpotensi meningkatkan stres, mengganggu tidur, dan berdampak pada kesehatan mental.

Top 5 Karakter Anime Terpopuler yang Melegenda di Dunia

Meski demikian, bukan berarti multitasking sepenuhnya buruk dan harus dihindari. Dalam beberapa kondisi, melakukan dua hal sekaligus tidak berarti saling mengganggu, seperti mendengarkan musik sambil berolahraga, masih bisa diterima. Namun, ketika multitasking melibatkan tugas-tugas kompleks yang membutuhkan konsentrasi tinggi, hasilnya justru kontraproduktif. Karena itu, diperlukan strategi untuk meminimalisasi dampak negatif dari multitasking, terutama dalam lingkungan kerja dan belajar.

Salah satu cara yang direkomendasikan adalah mengerjakan satu hal dalam satu waktu. Dengan memberikan perhatian penuh pada satu tugas, otak dapat bekerja lebih efisien dan hasil yang diperoleh pun lebih maksimal. Selain itu, memberi jeda istirahat singkat antar pekerjaan juga penting untuk menjaga energi mental tetap stabil.

Waspada! Kebiasaan Menunda Tidur Bisa Ganggu Kesehatan Fisik dan Mental

Mengelola penggunaan teknologi juga berperan besar dalam mengurangi efek buruk multitasking. Notifikasi ponsel atau media sosial sering kali menjadi pemicu utama distraksi. Membiasakan diri untuk mematikan notifikasi sementara, atau menetapkan waktu khusus untuk memeriksa pesan, dapat membantu menjaga konsentrasi. Dengan begitu, kita bisa bekerja lebih tenang tanpa harus terus-menerus terdorong untuk berganti tugas.

Secara keseluruhan, multitasking adalah fenomena yang kompleks: terlihat produktif di permukaan, tetapi menyimpan risiko besar bagi fungsi kognitif dan kesehatan mental. Dengan memahami cara kerja otak, kita bisa lebih bijak dalam mengelola kebiasaan ini. Pada akhirnya, produktivitas sejati bukanlah soal berapa banyak hal yang dilakukan sekaligus, melainkan bagaimana kita menyelesaikan satu per satu dengan kualitas terbaik.