Tips Menghadapi GTM Anak, Ubah Waktu Makan Jadi Momen Bonding yang Hangat

GTM pada anak, sangat bisa dicegah
Sumber :
  • sumber foto: https://www.pexels.com/photo

Lifestyle, VIVA Bali – Beberapa orang tua pasti pernah mengalami masa-masa di mana si Kecil tiba-tiba menolak makan. Menutup mulut rapat, memalingkan wajah, atau menangis saat sendok didekatkan. Fenomena ini dikenal sebagai GTM (Gerakan Tutup Mulut).

Hustle Culture, Gaya Hidup Produktif atau Perangkap Kesehatan Mental?

Sekilas, GTM terasa seperti tantangan harian yang menguras energi. Tapi jika disikapi dengan lebih lembut, justru bisa jadi kesempatan emas untuk membangun kedekatan antara orang tua dan anak.

GTM seringkali membuat orang tua merasa frustrasi. Tapi perlu diingat, anak tidak sedang “melawan”. Mereka sedang menyampaikan sesuatu, entah belum lapar, bosan, atau tidak nyaman. Berikut merupakan tips mengubah GTM menjadi Bonding, yaitu:

Baru Main DOTA 2, Ini Hero yang Cocok Buat Pemula

1. Tetap Tenang dan Jangan Memaksa

Reaksi panik atau marah bisa membuat anak semakin tertekan dan trauma makan. Coba tarik napas, tersenyum, dan katakan, “Nggak apa-apa belum mau makan. Yuk duduk bareng dulu sama Bunda, kita lihat makanannya bareng-bareng, ya.”

Pemula dalam Hal Thrifting? Simak Dulu Tips Belanja Pakaian Thrift di Toko Offline Berikut Ini!

2. Biarkan Anak Terlibat

Ajak anak memilih piring atau sendok sendiri. Atau minta bantuannya saat menyiapkan makanan. Hal ini membuat anak merasa dihargai dan punya peran dalam proses makan.

3. Gunakan Cerita Sebagai Jembatan

Bacakan buku cerita saat makan atau sebelum makan. Pilih cerita tentang tokoh yang suka makan atau jadi kuat karena makan sehat.

4. Obrolan Ringan Lebih Penting dari Suapan Besar

Daripada fokus pada jumlah makanan yang masuk, nikmati percakapan sederhana. Tanya pendapat anak, “Warnanya lucu, ya? Mau coba pegang dulu nggak?”. Percakapan hangat bisa mengalihkan ketegangan dan membuka jalan untuk anak mencoba makanan secara sukarela.

Saat kita mengubah waktu makan dari ajang memaksa menjadi momen kedekatan, si Kecil pun ikut berubah cara memandang makan. Ia merasa dilihat, dihargai, dan dicintai bukan karena makanannya habis, tapi karena hadirnya kita. Anak akan membentuk pengalaman makan yang positif dan bebas tekanan. Ia belajar bahwa makan bukanlah tugas yang harus ditakuti, tapi momen nyaman, hangat, dan penuh cinta bersama orang tua. Dan koneksi emosional yang terbangun saat makan ini bisa terbawa hingga kebiasaan makannya membaik. Dari yang awalnya tutup mulut, jadi buka hati. Karena bagi anak, kadang yang dibutuhkan bukan makanan lebih banyak, tapi perhatian dan pelukan kecil dari orang tua yang paling ia percaya.