Forest Sound Meditation, Kelas Terapi Suara di Alas Bali

Resonansi alam membimbing jiwa menuju tenang.
Sumber :
  • https://mayaresorts.com/assets/images/ubud/experiences/healing-session/gallery-full/20240621-healing-session-full-2.jpg

Kesehatan, VIVA Bali – Forest Sound Meditation merupakan sebuah inovasi dalam praktik forest therapy (terapi hutan) yang menggabungkan elemen kedalaman suara alam dengan pendekatan meditasi terpandu. Metode ini berakar pada konsep biophilia yang diperkenalkan oleh Erich Fromm, yang menyatakan bahwa “biophilia” (cinta hidup) mendorong hubungan harmonis antara manusia dan alam, berlawanan dengan “necrophilia” (cinta kematian) yang bersifat destruktif. Sementara itu, Shinrin-yoku atau “forest bathing” pertama kali dikenal di Jepang sebagai terapi preventif melalui paparan rangsangan alam yang mampu menimbulkan relaksasi fisiologis dan meningkatkan fungsi kekebalan tubuh.

Film Horor “Labinak” Angkat Tema Kanibalisme, Pesannya Bikin Merinding!

Forest Sound Meditation memadukan praktik forest bathing dengan terapi suara, memanfaatkan frekuensi suara natural seperti alunan dedaunan, kicau burung, dan gemericik air, sekaligus instrumen seperti Singing Bowls, gong, dan alat musik resonan lainnya untuk memperdalam pengalaman meditasi.

 

Latar Belakang Forest Therapy di Indonesia

Berani atau Tunduk? Makna Kemenangan Sebenarnya dalam Fim “Tatami”

 


Indonesia memiliki kekayaan hutan tropis yang luas, sekitar 120,2 juta hektar yang tersebar di berbagai wilayah Nusantara. Menurut Status Lingkungan Hidup Indonesia 2022, luasan kawasan hutan yang telah ditetapkan hingga Desember 2020 mencapai ± 88,4 juta ha, menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan tutupan hutan terluas di dunia. Kemendikbudristek dan KLHK melalui Direktorat Jenderal Pengelolaan Hutan Lestari (Ditjen PHL) secara konsisten memformulasikan kebijakan untuk pengelolaan hutan lestari yang mendukung pengembangan ekowisata, termasuk forest therapy sebagai bagian dari jasa ekosistem hutan.

Viral Wanita 23 Tahun Siap Tinggal di Mars Selamanya, Ternyata Hoaks!

 

Berdasarkan pemetaan akademik, pengembangan forest therapy di Indonesia telah dimulai sejak pertengahan dekade 2010-an, dengan penelitian-penelitian di Ranca Upas (Ciwidey, Jawa Barat), Tau Taa Wana (Ampana, Sulawesi Tengah), hingga Batur Geopark (Bangli, Bali). Di Bali sendiri, studi oleh Mihardja et al. (2021) menunjukkan bahwa Batur Geopark, Kabupaten Bangli, menjadi salah satu lokasi percontohan forest therapy yang telah diuji coba dengan responden lokal dalam berbagai protokol interaksi hutan.

 

Prinsip dan Mekanisme Forest Sound Meditation

 


Forest Sound Meditation dibangun atas tiga pilar utama:

1. Keterlibatan Indra Sensoris
Partisipan secara aktif diajak meresapi suara alam (wind chimes dedaunan, kicau satwa, aliran sungai) sebagai rangsangan primer, memperkuat koneksi dengan ekosistem hutan.

2. Terapi Suara Instrumen
Penggunaan instrumen terapeutik, seperti Himalayan Singing Bowls, gong, dan chimes, memberikan frekuensi resonan yang menstimulasi gelombang otak alfa dan theta, memfasilitasi kondisi hipnagogik yang mendalam.

3. Meditasi Terpandu
Sesi meliputi teknik pernapasan pranayama, visualisasi alam, dan body scan untuk mengoptimalkan relaksasi dan regulasi emosi, tanpa memasukkan opini instruktur dalam prosesnya.

 

Kombinasi ini menciptakan “soundscape” yang memanfaatkan keunikan akustik hutan Bali dimana kelembapan, tipologi vegetasi, dan tata ruang pegunungan memengaruhi kualitas dan jangkauan frekuensi alamiah.

 

Program dan Kurikulum Kelas di Bali

 


Beberapa penyelenggara terkemuka di Bali telah mengadaptasi forest therapy dengan pendekatan sound meditation:

1. Mantra Yoga Meditation, Ubud menawarkan kursus “Best Sound Healing” selama 200 jam yang mempelajari teori dan praktik suara penyembuhan, termasuk live forest sound walks di sekitar hutan Ubud.

2. Bali Yoga School memfasilitasi kursus Level 1&2 Sound Healing di Bali, mengajarkan penggunaan berbagai instrumen (Tibetan singing bowls, ocean drum) dalam sesi hutan dan indoor

3. Sound Energy Medicine menyelenggarakan training menyeluruh; dari self-healing hingga sound bath kelompok, dengan modul khusus integrasi terapi hutan dan sesi makan hangat (ubi rebus & teh) di area camping.

 

Setiap program memperhatikan protokol keselamatan hutan (paket survival dasar, izin masuk kawasan) dan prinsip keberlanjutan ekosistem. Durasi kelas biasa berkisar 1–3 hari, dengan perjalanan hutan pagi dan sore untuk memanfaatkan dinamika bioakustik harian.

 

Metodologi Pelaksanaan Sesi

 


Sesi Forest Sound Meditation biasanya terbagi dalam beberapa rangkaian aktivitas:

1. Pembukaan & Grounding (15–30 menit)

Partisipan duduk melingkar di ruang terbuka hutan, melakukan meditasi pendahuluan dan pernapasan pranayama.

2. Forest Listening Walk (45–60 menit)
Jalan kaki perlahan dalam diam, fokus pada suara alam (dedauan, serangga, burung), melatih kepekaan akustik.

3. Sound Bath di Alam Terbuka (60 menit)
Terapi suara terarah menggunakan Singing Bowls dan gong, diletakkan di atas alas natural (daun, tikar bambu) untuk resonansi optimal.

4. Interlude Kuliner (15 menit)
Penyajian ubi rebus hangat dan teh herbal, meningkatkan kenyamanan termal setelah sesi terapi.

5. Meditasi Visualisasi & Sharing (30 menit)
Visualisasi alam terpandu diiringi suara alam lembut, diakhiri sesi sharing perasaan tanpa opini subjektif dari fasilitator.

 

Semua instruktur memegang sertifikasi dari lembaga internasional dan mematuhi Standar Operasional Prosedur (SOP) Keselamatan Perjalanan Hutan yang dikeluarkan Ditjen PHL.

 

Manfaat Psikologis

 


Dilansir dari laman Alodokter dan Halodoc, berikut efek positif forest sound exposure terhadap kondisi mental:

1. Peningkatan Mood & Perasaan Positif
Seperti hasil studi di PMC, paparan suara hutan memperbaiki mood dan perasaan positif setara dengan efek terapi musik pada pasien bedah, mengurangi kecemasan dan stres.

2. Pengurangan Gejala Depresi dan Kecemasan
Meta-analisis oleh Lee et al. (2017) mencatat penurunan signifikan skor depresi pada dewasa setelah menjalani forest bathing program, yang makin optimal bila dikombinasikan dengan sound healing.

3. Perbaikan Kualitas Tidur pada Lansia
Penelitian di Universitas Hindu Indonesia (Unhi) membuktikan terapi suara (singing bowl) mampu mengatasi gangguan tidur pada lansia, relevan dalam sesi malam Forest Sound Meditation untuk meningkatkan sinkronisasi ritme sirkadian.

 

Manfaat Fisiologi

 


Dilansir dari laman Alodokter, selain efek psikologis, forest sound therapy memberikan keuntungan fisiologis:

1. Penurunan Tekanan Darah dan Denyut Jantung
Uji coba di Taman Hutan Raya Ir. Djuanda, Bandung, menunjukkan program forest therapy menurunkan denyut nadi dan tekanan darah partisipan setelah 2 jam sesi, walau juga terpantau penurunan saturasi oksigen minor akibat aktivitas berjalan di ketinggian.

2. Relaksasi Otot dan Reduksi Tegangan
Gelombang suara low-frequency dari gong dan singing bowl merangsang resonansi tubuh yang membantu mengendurkan otot tegang dan memulihkan keseimbangan sistem saraf otonom.

 

 

 

Aspek Regulasi dan Keberlanjutan

Pelaksanaan Forest Sound Meditation di kawasan hutan Bali tunduk pada peraturan:

1. Perizinan Kawasan Hutan
Diatur melalui SK Menteri LHK terkait pemanfaatan jasa lingkungan hutan, diproses oleh Ditjen PHL.

2. Protokol Keberlanjutan
Prinsip “Leave No Trace” wajib diterapkan: tidak meninggalkan sampah, tidak merusak vegetasi, dan menjaga alur jalur kunjungan untuk meminimalkan dampak ekologi.

3. Pemberdayaan Masyarakat Lokal
Banyak program melibatkan Krama Desa Adat setempat sebagai guide dan juru pelestari alam, mendukung mata pencaharian berkelanjutan dan pelestarian budaya Bali.

 


Forest Sound Meditation di Alas Bali memadukan terapi hutan dan terapi suara untuk membentuk pengalaman holistik yang mendukung kesejahteraan psikofisiologis. Dengan dukungan lahan hutan tropis luas di Indonesia (± 120,2 juta ha) dan berbagai penelitian internasional serta lokal, metode ini memiliki fondasi ilmiah kuat dan relevansi kultural. Implementasi terstruktur di Bali melalui penyelenggara bersertifikat dan regulasi KLHK menjamin kualitas, keamanan, dan keberlanjutan pengalaman. Sebagai bagian dari tren global forest bathing, Forest Sound Meditation di Bali siap memberikan kontribusi signifikan bagi ekowisata dan kesehatan masyarakat.