Eco‑Print, Runway Busana Serat Daun di Bali

Alam membekas indah di tiap helai karya
Sumber :
  • https://jadesta.kemenparekraf.go.id/imgpost/147019.jpg

Lifestyle, VIVA Bali – Eco‑Print di Bali merupakan perhelatan yang memadukan keindahan alam dengan inovasi tekstil berkelanjutan. Busana berbahan dasar serat daun atau “eco‑print” menjadi sorotan utama, menegaskan komitmen industri kreatif Indonesia terhadap kelestarian lingkungan dan pemberdayaan komunitas lokal. Peragaan ini tidak hanya menampilkan karya desainer ternama, tetapi juga menegaskan peran UMKM, pemerintah daerah, dan akademisi dalam mengokohkan eco‑print sebagai alternatif fashion ramah lingkungan.

Konsep Eco‑Print dan Sejarah Singkat

Mengapa Banyak Generasi Muda Takut Menikah dan Punya Anak

Eco‑print, atau botanical printing, adalah teknik pencetakan motif pada kain dengan memanfaatkan pigmen alami tumbuhan seperti daun, bunga, ranting, dan kulit kayu. Proses dasar mencakup penempelan bahan tanaman pada permukaan kain, kemudian diproses melalui teknik pounding (pemukulan) dan steaming (pengukusan) untuk mentransfer warna dan bentuk si tumbuhan ke serat kain.

Secara global, eco‑print mulai populer pada dekade 1990-an sebagai respons terhadap dampak negatif bahan kimia dalam industri tekstil. Di Indonesia, eco‑print merajai inovasi tekstil tradisional, sejalan dengan nilai kearifan lokal dan keragaman hayati nusantara.

Perkembangan Eco‑Print di Bali

Benarkah Profesi Programmer Akan Punah Karena Auto-code AI?

Pelatihan dan Pemberdayaan Komunitas

Pemerintah Kota Denpasar melalui Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, dan UMKM rutin menyelenggarakan pelatihan eco‑print bagi pelaku kerajinan lokal. Pada tanggal 26 Mei 2023, Dekranasda Kota Denpasar menggelar program pelatihan teknik ecoprint di Ecoprint Bali, dipandu oleh Wakil Ketua Dekranasda Ny. Ayu Kristi Arya Wibawa.

10 Macam Kerupuk Terpopuler dan Favorit di Indonesia

Program ini membekali peserta dengan langkah-langkah mordan (pembersihan serat), pewarnaan, pengeringan, dan fiksasi, sehingga menghasilkan motif serat daun yang stabil dan tahan lama. Keberhasilan pelatihan ini turut mendorong lahirnya kelompok UMKM baru yang menghasilkan produk fashion eco‑print, mulai dari scarf, totebag, hingga gamis.

Komunitas dan Ekonomi Kreatif

Menurut “Profil Ekonomi Kreatif Provinsi Bali” terbitan Disparda Bali, sejak Januari 2019 berdiri usaha kerajinan berbahan dasar kain eco‑print yang menyasar wisatawan domestik dan mancanegara. Respons positif dari pengunjung pameran hotel di Sanur mendorong geliat usaha ini terus berkembang.

Bali sebagai destinasi wisata dunia menyediakan pangsa pasar yang potensial. Data Badan Pusat Statistik Provinsi Bali mencatat peningkatan kontribusi subsektor kriya tekstil terhadap PDRB hingga 8% pada kuartal I/2025, salah satunya didorong oleh produk eco‑print.

Eco‑Print Fashion Show di Bali

Waktu dan Lokasi

Eco‑Print Fashion Show digelar pada 22–23 Februari 2025 di Plaza Kori Agung, Denpasar, dalam rangka Denpasar Fashion Show 2025 yang rutin diselenggarakan oleh Dinas Pariwisata Kota Denpasar. Acara ini menjadi puncak rangkaian Denpasar Creative Week, menampilkan 14 model profesional yang berjalan di runway kayu bercirikan panggung terbuka.

Penyelenggara dan Mitra

Penyelenggara utama adalah Dinas Pariwisata dan Dekranasda Kota Denpasar, bekerja sama dengan Bali Fashion Network dan Paramatex sebagai sponsor tekstil berkelanjutan. Dukungan akademisi Universitas Negeri Malang (Etty Soesilowati dkk.) serta balai riset KLHK memperkaya dimensi edukatif acara melalui lokakarya dan diskusi panel.

Koleksi dan Desainer Unggulan

Beberapa desainer menampilkan koleksi eco‑print inovatif:

1. Adriyani Syarivati (Sya.EcoPrint): Memadukan motif daun jati dan bunga frangipani pada silk organza, menghasilkan efek gradasi warna alami.

2. Harini Eco Bali: Kolaborasi dengan Kuta Fashion Week 2025, karya hijab ecoprint dengan teknik steaming, memanfaatkan kunyit, secang, dan indigo sebagai pewarna utama.

3. Fortuna Bali Fashion: Menjelajahi kombinasi endek tenun dan eco‑print ranting bambu, menunjukkan dialog antara tenun tradisional dan cetakan tumbuhan.

Setiap koleksi menekankan prinsip zero‑waste menghindari kancing plastik, zipper, dan bahan sintetis serta teknik jahit tradisional tanpa vislin, mendukung keberlanjutan produk.

Dampak Sosial‑Ekonomi dan Lingkungan

Pemberdayaan UMKM

Pelibatan UMKM lokal dalam rantaian pasok eco‑print membuka peluang usaha baru. Data Dinas Koperasi, UKM, dan Perdagangan Kabupaten Badung menunjukkan peningkatan jumlah pelaku ecoprint dari 12 pada 2023 menjadi 25 pada pertengahan 2025. Ini mendorong peningkatan pendapatan rata‑rata pelaku hingga 15% per kuartal.

Konservasi Lingkungan

Penggunaan bahan alami mengurangi limbah cair berbahaya dari industri tekstil. Sebuah studi MDPI menyebutkan eco‑print dapat menekan emisi karbon hingga 30% dibandingkan proses pewarnaan sintetis. Selain itu, sisa bahan tanaman dapat dijadikan kompos, menciptakan siklus ekonomi hijau.

Dukungan Pemerintah dan Regulasi

Kebijakan dan Insentif

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (kemenparekraf.go.id) mengeluarkan program “1000 Desa Wisata Berkelanjutan” yang mencakup pelatihan eco‑print sebagai salah satu komponen pengembangan desa wisata. Sementara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (klhk.go.id) memfasilitasi sertifikasi produk ramah lingkungan untuk UMKM eco‑print.

Standar dan Sertifikasi

Balai Besar Standardisasi dan Pelayanan Jasa Industri Kerajinan (batik.go.id) menetapkan pedoman mordan dan fiksasi ramah lingkungan, memastikan produk eco‑print memenuhi standar mutu nasional.

Tantangan dan Prospek

Tantangan

1. Skalabilitas Produksi: Teknik manual sulit dioptimalkan untuk volume besar tanpa kehilangan kualitas motif.

2. Sertifikasi dan Standarisasi: Proses sertifikasi eco‑friendly masih memerlukan simplifikasi agar UMKM tidak terbebani birokrasi.

Prospek

Dengan meningkatnya kesadaran konsumen global terhadap fashion berkelanjutan, eco‑print memiliki potensi ekspor tinggi. Kolaborasi lintas sector industri pariwisata, akademisi, dan pemerintah akan semakin memperkuat posisi eco‑print Bali di panggung internasional.


Eco‑Print di Bali bukan sekadar ajang pamer busana, melainkan bukti konkret sinergi antara tradisi, inovasi, dan keberlanjutan. Melalui dukungan pemerintah, pemberdayaan UMKM, serta riset akademis, eco‑print diharapkan tumbuh menjadi ikon fashion hijau Indonesia, dengan Bali sebagai episentrum kreatif dan konservatif bagi warisan alam dan budaya.