5 Efek Bullying yang Perlu Diwaspadai Karena Dapat Merusak Kesehatan Mental Anak

Perhatikan anak korban bullying
Sumber :
  • https://www.freepik.com/free-photo/picture-showing-children-violence-school_13133033.htm

Kesehatan, VIVA Bali – Di tengah tumbuh kembang yang seharusnya dipenuhi keceriaan, banyak anak justru harus menghadapi sisi gelap dari interaksi sosial, yaitu perundungan atau bullying. Fenomena ini bukanlah sekadar kenakalan biasa; ia adalah bentuk kekerasan yang merusak, baik secara fisik maupun mental, dan sayangnya masih sering terjadi di lingkungan anak-anak serta remaja.

Bukan Sekadar Batuk! Ini Dampak Polusi Udara yang Bisa Fatal bagi Kesehatan

Dilansir dari halodoc dampak yang ditimbulkan dari perundungan ini sangatlah serius, mampu memengaruhi kesehatan mental seorang anak secara mendalam, tidak hanya pada saat ini, tetapi juga akan membekas hingga mereka beranjak dewasa. Penting bagi kita semua untuk memahami betapa berbahayanya perundungan ini, dan bagaimana ia dapat merenggut kebahagiaan serta potensi seorang anak. Mari kita telaah lebih jauh lima efek perundungan yang dapat meninggalkan luka mendalam pada jiwa anak-anak.

1. Depresi dan Kecemasan: Bayangan Gelap yang Menyelimuti

Anak-anak yang menjadi korban perundungan sering kali hidup dalam ketakutan. Ancaman, ejekan, atau kekerasan fisik yang berulang dapat membuat mereka merasa putus asa dan tidak berdaya. Kondisi ini menjadi pemicu kuat untuk munculnya depresi dan kecemasan. Dalam kasus yang parah, pikiran untuk menyakiti diri sendiri bahkan bisa menghantui mereka. Kita perlu ingat, senyum seorang anak bisa jadi menyembunyikan badai di dalam dirinya.

2. Kehilangan Percaya Diri: Ketika Cahaya Diri Meredup

Waspada! Ada Racun Mematikan di Udara yang Kita Hirup Setiap Hari

Bayangkan, setiap hari ada saja yang meremehkan, mengejek, atau menyingkirkan keberadaan seseorang. Ini yang dialami anak-anak korban perundungan. Serangan verbal dan fisik yang konstan perlahan mengikis rasa percaya diri mereka. Mereka mulai meragukan nilai diri sendiri, merasa tidak pantas, dan akhirnya kesulitan untuk membela diri. Dunia mereka terasa sempit dan penuh keraguan.

3. Gangguan Makan: Tubuh Pun Menjadi Saksi Bisu

Perundungan tidak selalu tentang pukulan atau dorongan. Terkadang, ejekan tentang penampilan fisik bisa menjadi bumerang yang lebih menyakitkan. Anak-anak yang diolok-olok karena bentuk tubuh atau wajah mereka bisa mengalami tekanan luar biasa. Tekanan ini seringkali berujung pada hilangnya nafsu makan atau, sebaliknya, pola makan yang tidak sehat, seperti anoreksia atau bulimia. Tubuh mereka menjadi saksi bisu dari penderitaan mental yang tak terlihat.

4. Kehilangan Motivasi: Sekolah Bukan Lagi Tempat Menyenangkan

Tubuh Kuat dan Berenergi, Galih Manfaat Makan Buah Setiap Hari

Bagi anak-anak, sekolah seharusnya menjadi tempat yang aman dan menyenangkan untuk belajar dan berkembang. Namun, bagi korban perundungan, sekolah bisa menjadi neraka. Rasa takut yang mendalam membuat mereka malas berangkat sekolah, sulit fokus saat belajar, dan motivasi mereka untuk berprestasi pun menurun drastis. Depresi yang menyertai perundungan semakin memperparah kondisi ini, membuat mereka terjebak dalam lingkaran ketidakberdayaan.

5. Pikiran Balas Dendam: Bahaya Terbesar yang Mengintai

Ini adalah dampak paling mengkhawatirkan dari perundungan. Rasa sakit, kemarahan, dan ketidakadilan yang menumpuk bisa mendorong anak-anak untuk memendam dendam. Mereka mungkin mulai berpikir untuk melakukan kekerasan pada orang lain sebagai bentuk pelampiasan atau balasan atas apa yang mereka alami. Jika tidak segera ditangani, siklus kekerasan ini bisa terus berlanjut dan menimbulkan masalah yang lebih besar di kemudian hari.

Mengingat seriusnya dampak perundungan, peran orang dewasa menjadi sangat krusial. Orang tua perlu waspada terhadap gejala awal perundungan pada anak, seperti perubahan tingkah laku (malas sekolah, melamun, tidak bersemangat, penurunan nafsu makan, menghindari interaksi sosial, gangguan tidur, tanda stres, adanya luka fisik yang tidak jelas, atau keinginan untuk kabur dari rumah).

Jika ada indikasi anak menjadi korban perundungan, penting untuk mengajak mereka bercerita dan mencari tahu penyebabnya. Memberikan ruang aman bagi mereka untuk berbagi adalah langkah awal yang vital. Apabila dibutuhkan, jangan ragu untuk menghubungi psikolog guna mendapatkan bantuan profesional yang tepat. Dengan dukungan dan kepedulian bersama, kita dapat membantu anak-anak mengatasi trauma perundungan dan tumbuh menjadi pribadi yang sehat secara mental.