Merasa Tak Pernah Cukup? Mindfulness Bisa Jadi Kunci Hadapi Impostor Syndrome
- https://cpdonline.co.uk/knowledge-base/mental-health/imposter-syndrome/
Lifestyle, VIVA Bali – Impostor syndrome atau sindrom penipu adalah kondisi psikologis ketika seseorang meragukan pencapaian atau kemampuannya sendiri, meskipun bukti objektif menunjukkan keberhasilan. Perasaan ini kerap dibarengi kecemasan berlebihan, rasa tidak pantas, dan ketakutan akan “terbongkarnya” identitas sebagai sosok yang dianggap tidak kompeten.
Kondisi ini dapat dialami oleh siapa saja, terutama individu dengan standar tinggi terhadap diri sendiri atau mereka yang berada di lingkungan kompetitif. Meski tidak tergolong gangguan mental secara klinis, impostor syndrome terbukti dapat mengganggu kesejahteraan emosional dan produktivitas.
Mindfulness menjadi salah satu pendekatan yang efektif dalam meredakan dampak dari impostor syndrome. Mindfulness adalah praktik menyadari apa yang sedang terjadi saat ini dengan penuh penerimaan, tanpa menghakimi. Dengan melatih kesadaran penuh, seseorang dapat mengamati pikiran-pikiran negatif yang muncul tanpa larut di dalamnya. Ini membantu individu menenangkan reaksi emosional, membangun empati terhadap diri sendiri, dan mengenali pencapaian dengan cara yang lebih objektif.
Praktik mindfulness seperti meditasi singkat, teknik pernapasan sadar, hingga journaling reflektif terbukti mampu mengurangi stres serta meningkatkan rasa percaya diri yang lebih sehat dan stabil. Perlahan, mereka yang sebelumnya merasa tidak cukup baik pun bisa mulai menerima keberhasilannya dengan lebih terbuka dan jujur pada diri sendiri.
Dilansir dari Halodoc, mindfulness dapat membantu mengelola stres dan kecemasan, meningkatkan fokus, serta membangun kesadaran terhadap emosi yang muncul. Dengan latihan yang konsisten, mindfulness dapat menjadi salah satu cara alami untuk meredam efek dari impostor syndrome dan menjaga kesehatan mental secara keseluruhan.