Tersenyum Terus Padahal Terluka, Bahaya Positivity yang Berlebihan

Tersenyum di luar, terluka di dalam
Sumber :
  • https://www.freepik.com/free-photo/portrait-young-girl-crying-with-her-hand-covering-her-mouth_1139171.htm

Selain itu, penting juga bagi setiap individu untuk membangun literasi emosional. Mengenali emosi, memahami sumbernya, serta belajar bagaimana mengekspresikannya dengan sehat merupakan keterampilan yang sangat dibutuhkan. Dunia yang terlalu menuntut kita untuk selalu “oke” hanya akan membuat kita kehilangan koneksi dengan diri sendiri.

Sejarah Konflik Thailand dan Kamboja yang Sedang Panas

Lingkungan sosial juga perlu lebih terbuka dalam menerima berbagai bentuk ekspresi emosi. Di tempat kerja, sekolah, bahkan di keluarga, harus ada ruang aman bagi seseorang untuk mengatakan bahwa mereka sedang tidak baik-baik saja. Budaya “tahan-tahan aja” atau “jangan cengeng” harus mulai ditinggalkan.

Toxic positivity mungkin tampak tidak berbahaya, tetapi dampaknya sangat nyata. Ia membungkam rasa sakit, menciptakan ilusi bahwa hanya emosi positif yang layak dirasakan, dan membuat banyak orang menyembunyikan trauma mereka dalam diam. Padahal, luka batin butuh pengakuan sebelum bisa sembuh. Tidak apa-apa untuk tidak baik-baik saja. Karena dalam kejujuran emosional, kita menemukan kekuatan yang paling manusiawi.

Shohei Ohtani Kembali Menunjukkan Kekuatannya, Home Run yang Tak Terbendung

 

 

Awas! Salah Pilih Bahan Tindik, Telingamu Bisa Infeksi Parah!