Literasi Keuangan Jadi Kunci Generasi Muda Hadapi Krisis Global

Remaja mengikuti pelatihan literasi keuangan berbasis sekolah
Sumber :
  • https://www.globalgiving.org/projects/financial-literacy-for-10-000-indonesian-youth/

Lifestyle, VIVA Bali – Kondisi ekonomi dunia yang semakin tidak stabil memaksa generasi muda untuk memiliki bekal pengetahuan keuangan sejak dini. Fluktuasi harga, kenaikan biaya hidup, hingga kemudahan akses kredit berbunga tinggi membuat pengelolaan keuangan pribadi menjadi kompetensi wajib. Literasi keuangan tidak lagi menjadi isu sekunder, tetapi menjadi kebutuhan mendesak untuk menciptakan generasi yang cakap secara finansial.

Laporan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 yang diterbitkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa tingkat literasi keuangan masyarakat Indonesia berada di angka 49,68 persen. Angka ini meningkat dari tahun sebelumnya, namun masih menunjukkan bahwa lebih dari separuh masyarakat — terutama kelompok usia 15–35 tahun — belum memahami dasar-dasar pengelolaan keuangan yang sehat. Fakta ini menandakan perlunya intervensi sistematis dalam memperkuat kesadaran dan keterampilan finansial generasi muda.

Tren gaya hidup konsumtif yang marak di kalangan anak muda memperburuk situasi. Promosi besar-besaran di platform belanja daring, kemudahan paylater, serta budaya flexing di media sosial membuat banyak generasi muda tergoda untuk membelanjakan uang tanpa perencanaan. Berdasarkan data dari Bank Indonesia, pada tahun 2023 transaksi melalui dompet digital meningkat lebih dari 40 persen, dan 68 persen pengguna aktif berasal dari kelompok usia 17–30 tahun. Tanpa kesadaran finansial, kemudahan ini dapat berubah menjadi jebakan utang yang sulit diatasi.

Pemerintah melalui OJK, Bank Indonesia, dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi telah menggencarkan berbagai program edukasi keuangan. Salah satunya adalah kampanye #CerdasFinansial yang menyasar siswa SMA dan mahasiswa dengan pelatihan mengenai cara menyusun anggaran, menabung, memahami bunga pinjaman, hingga mengenal risiko investasi bodong. Program ini juga bekerja sama dengan sekolah dan perguruan tinggi agar literasi keuangan masuk ke dalam kurikulum non-formal.

Tidak hanya itu, Satgas Waspada Investasi yang beranggotakan lintas lembaga terus mengedukasi masyarakat mengenai bahaya pinjaman online ilegal dan investasi abal-abal. Hingga April 2024, lebih dari 5.300 platform pinjaman online ilegal telah diblokir. Korban terbanyak berasal dari kelompok usia muda yang tergiur kemudahan pencairan dana tanpa memperhatikan risiko bunga mencekik dan pelanggaran privasi.

Di sisi lain, semakin banyak startup dan lembaga keuangan yang menyediakan aplikasi edukatif untuk meningkatkan literasi keuangan. Aplikasi seperti "Saku Cerdas", "Finansialku", dan "EduFin" membantu pengguna menyusun anggaran harian, menghitung kebutuhan dana darurat, dan bahkan belajar investasi dengan simulasi. Inovasi digital semacam ini memperluas akses edukasi bagi generasi muda, terutama di daerah yang belum memiliki program literasi formal.

Namun, literasi keuangan tidak akan efektif jika tidak dimulai dari lingkungan terdekat. Peran keluarga sangat penting dalam membentuk kebiasaan finansial anak. Orang tua bisa mulai mengajarkan konsep menabung, mengelola uang saku, dan membuat pilihan belanja sejak usia sekolah dasar. Selain itu, pembiasaan transparansi keuangan di rumah dapat melatih anak untuk memahami arti uang dan tanggung jawab.

Dunia kerja juga mulai menuntut generasi muda yang tidak hanya kompeten secara profesional, tetapi juga cerdas secara finansial. Perusahaan besar bahkan memberikan pelatihan pengelolaan gaji untuk karyawan baru agar mereka tidak terjebak dalam pola hidup paycheck-to-paycheck. Kesadaran ini menjadi penting, mengingat banyak milenial dan Gen Z yang mengaku tidak bisa menabung meskipun memiliki penghasilan tetap.

Dalam jangka panjang, peningkatan literasi keuangan generasi muda dapat menjadi pondasi ekonomi nasional yang lebih kuat. Individu yang paham keuangan akan lebih siap menghadapi krisis, tidak mudah tertipu, dan mampu mengambil keputusan finansial yang rasional. Maka, membangun budaya literasi keuangan bukan hanya investasi pribadi, tetapi juga investasi masa depan bangsa.


Durasi Reels Ideal Itu 7 Detik, 15 Detik, atau 30 Detik?