Kenapa Orang Tua Sulit Minta Maaf? Psikiater Ungkap Luka Antargenerasi
- https://www.pexels.com/photo/man-in-blue-shirt-using-a-laptop-8949349/
“Kadang itu luka yang kita bawa juga gak sepenuhnya salah orang tua. Tabrakan antarbudaya yang tanpa kita sadar membuat kita terjebak di dalam konsep yang berbeda,” jelasnya.
Sayangnya, ketidaksesuaian ini sering berujung pada putusan komunikasi, bahkan pemutusan hubungan keluarga.
Meski tampak rumit, Jiemi optimistis luka-luka ini bisa disembuhkan jika generasi muda bersedia memulai proses pemulihan pribadi. Dengan hati yang lebih tenang, akan lebih mudah membuka ruang dialog dengan orang tua.
“Kalau anak bisa memulihkan trauma dan mencoba berbicara dengan orang tua, mereka bisa mengerti dan mau berkolaborasi untuk memperbaiki pola asuh,” katanya.
Pemulihan, menurut Jiemi, bukan tentang mencari siapa yang salah. Tapi tentang keberanian mengakui bahwa perbedaan nilai dan budaya bisa melukai, serta mengupayakan komunikasi lintas generasi yang lebih relevan.
Trauma antargenerasi bukanlah fenomena baru, namun di era keterbukaan saat ini, luka-luka tersebut mulai menemukan suara. Orang tua dan anak mungkin berasal dari zaman yang berbeda, tapi bukan berarti tak bisa saling memahami.
Dengan keberanian untuk berdamai dan kemauan untuk saling mendengarkan, luka lama bisa jadi jalan menuju hubungan yang lebih sehat, bukan hanya sebagai orang tua dan anak, tetapi juga sebagai manusia yang sedang belajar mencintai dengan cara yang baru.