Kenapa Konten Pura-Pura Bodoh di Medsos Malah Viral? Ini Penjelasan Psikologinya

Influencer yang sedang live
Sumber :
  • https://www.freepik.com/free-photo/influencer-posting-social-media_20728302.htm

Manusia punya natural tendency untuk correct mistakes dan share knowledge. Ini disebut "corrective behavior" dalam psikologi sosial. Ketika melihat informasi yang salah atau perilaku yang "bodoh", kita merasa compelled untuk memberikan koreksi.

Ternyata Ada Aturannya! Ini Arti Warna Pena Merah, Biru, dan Hitam yang Jarang Diketahui

Content creator yang pura-pura bodoh deliberately exploit tendency ini. Mereka tau bahwa audience akan feel satisfied ketika bisa "mengajarkan" something kepada creator tersebut melalui komentar.

The Relatability Factor - "Gue Juga Pernah Kayak Gini"

Beberapa konten "pura-pura bodoh" juga bekerja karena relatability. Meski di-exaggerate, sometimes the content reflects genuine confusion atau mistakes yang pernah dialami banyak orang. Audience yang pernah punya pengalaman serupa jadi relate dan share ke teman-teman mereka.

Pantai Melasti, Tempat Sakral Bertemunya Budaya Dan Alam

This creates a shared experience dimana people bond over common "bodoh" moments yang pernah mereka alami.

Dopamine Hit dari Superiority Complex

Secara neurological, merasa lebih pintar dari orang lain memberikan dopamine hit yang addictive. Ketika audience nonton konten creator yang "lebih bodoh", mereka dapat instant gratification dari feeling superior.

Halaman Selanjutnya
img_title
Menguatkan Hubungan Spiritual Melalui Tradisi Tumpek Kandang di Bali