Generasi Muda Cerdas Teknologi, tapi Miskin Literasi
- https://www.ahlulbaitindonesia.or.id/berita/s13-berita/nasional/tingkat-literasi-digital-ri-terendah-di-asean/
Lifestyle, VIVA Bali – Di tengah derasnya arus digitalisasi dan pesatnya perkembangan teknologi, masyarakat Indonesia. khususnya generasi muda, menghadapi tantangan baru yaitu krisis literasi digital. Meski mayoritas anak muda saat ini sudah sangat fasih menggunakan gawai, mengakses media sosial, hingga mengedit konten video, banyak yang justru gagal memilah informasi yang mereka konsumsi setiap hari.
Fenomena ini terlihat dari banyaknya remaja yang mudah percaya pada hoaks, ikut menyebarkan informasi palsu, hingga memercayai konten viral tanpa mengecek fakta. Bahkan, sebagian besar pelajar lebih mengetahui tren TikTok terbaru dibandingkan pengetahuan dasar seperti struktur pemerintahan, sejarah nasional, atau isu global.
“Anak-anak zaman sekarang sangat akrab dengan dunia digital, tetapi tidak semua dari mereka punya keterampilan berpikir kritis untuk menyaring informasi,” kata Retno Hapsari, pakar pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta. Ia menyebut kondisi ini sebagai "literasi palsu" di mana orang terlihat pintar karena banyak informasi, tapi miskin pemahaman.
Masalah ini diperparah dengan kurangnya pendidikan literasi media di sekolah. Banyak siswa diajarkan cara menggunakan teknologi, tetapi tidak dibekali cara berpikir kritis, mengecek sumber, atau menganalisis isi berita.
Selain itu, algoritma media sosial yang menyajikan konten sesuai kebiasaan pengguna juga mempersempit sudut pandang anak muda. Ini menyebabkan efek echo chamber, di mana seseorang hanya terpapar pada informasi yang menguatkan pandangannya sendiri, tanpa mengenal sisi lain dari suatu isu.
Tak hanya remaja, orang dewasa pun kerap menjadi korban dari kebiasaan berbagi informasi tanpa verifikasi. Banyak orang tua atau guru menyebarkan informasi yang salah melalui grup WhatsApp tanpa mengecek validitasnya, sehingga memperkuat siklus misinformasi di lingkungan keluarga dan sekolah.
Kita hidup di zaman di mana informasi begitu mudah didapat, namun pemahaman yang mendalam justru menjadi barang langka. Jika krisis literasi digital ini terus diabaikan, kita akan menghadapi generasi yang pintar gadget tetapi rentan terhasut, cepat bereaksi tapi minim analisa, aktif berbagi tapi tanpa tanggung jawab. Sudah saatnya pendidikan kita tidak hanya mengejar kecanggihan teknologi, tapi juga membentuk manusia yang bijak, berpikir kritis, dan peka terhadap kebenaran.