Konten Fitness Tiktok Memperburuk Kesehatan Mental? Berikut Faktanya!
- Prostock-Studio/istockphoto
Lifestyle, VIVA Bali – Sebuah temuan studi dari para ilmuwan di Universitas Flinders Australia, melihat bagaimana konten kebugaran yang ditayangkan di Tiktok dapat menjadi salah penyebab munculnya citra negatif pada tubuh. Berikut merupakan sebuah hasil penelusuran yang dirujuk dari sebuah halaman artikel The Independent.
Tiktok kerap mempertontonkan salah satu konten berupa Fitspo atau yang dikenal oleh dunia masa kini sebagai fitness inspiration. Fitness inspiration, berisi sebuah video inspirasi yang menayangkan gaya hidup sehat, melalui aktivitas olahraga dan pola makan yang seimbang dan teratur dengan tujuan dapat menumbuhkan kesadaran untuk memulai hidup sehat.
Dengan target positif yang ditujukan, penelitian yang dilakukan para akademisi di perguruan tinggi Australia tersebut mengkhawatirkan realita yang terjadi sebaliknya, bila konten ini dapat memberikan pengaruh negatif kepada para penggunanya, khususnya bagi para remaja yang terekam sebagai basis pengguna Tiktok terbesar.
Kekhawatiran lain juga meliputi tidak adanya kualifikasi yang terdaftar secara profesional dari para influencer ketika mengunggah video perihal kebugaran dan fitnes. Setelah dianalisis lebih dalam, sebanyak 200 video dengan seperti #fitness, #fitspo, #gymtok, dan #fittok, para peneliti menemukan, para influencer tersebut memang belum mempunyai latar belakang pendidikan serta sertifikasi berbasis profesional di bidang kesehatan dan kebugaran.
Ilmuwan di bidang sosial, Eva Kemps, memaparkan pandangannya. Dengan ketiadaan sertifikasi dan latar belakang yang dapat dipercayai pada video yang berkenaan dengan kesehatan dan kebugaran tersebut, menandakan popularitas influencer lebih diutamakan, ketimbang keakuratan, kejelasan, serta keamanan informasi yang didapat para pengguna Tiktok terhadap video tersebut.
Timbulnya Pengaruh Seksualisasi dan Objektifikasi pada Tubuh
Pada survei lanjut, muncul persentase angka sejumlah 55,7 persen terhadap perempuan sering dijadikan objek seksual terutama pada bagian tubuh seperti paha dan bokong. Selain itu konten kebugaran tubuh perempuan, kerap mendorong standarisasi seperti, tubuh ideal diartikan memiliki tubuh yang ‘kurus’. Dampak lain yang timbul dari fenomena ini pun memperburuk pandangan para wanita terhadap citra tubuh mereka. Akibatnya, kesehatan mental dan fisik sebagian mereka juga akan terganggu.
Objektifikasi pada seseorang dapat diartikan ketika individu tersebut hanya dipandang dan diberlakukan sebagai alat saja, bukan dilihat sebagai manusia utuh yang memiliki perasaan. Objek seksual pada kasus ini, ketika tubuh wanita atau laki-laki dijadikan sasaran dalam memenuhi fantasi atau imajinasi seksual seseorang.
Laki-Laki Juga Ikut Terdampak
Objektifikasi pada gender lain seperti laki-laki juga kian berkembang. Hal ini seperti ketika para influencer tersebut menunjukkan bagian tubuh yang berotot, termasuk saat mereka terlihat dehidrasi. Lebih parahnya, sebanyak 20 persen konten yang diunggah, condong berisikan body shaming atau menghina bagian bentuk tubuh. Sementara, untuk 8,6 persen lainnya, berupa bentuk promosi pola kebiasaan makan yang tidak sehat.
Hadirnya konten seperti itu, telah meningkatkan kasus objektifikasi dan seksualitas yang terus berkembang pada perempuan dan laki-laki. Bukti inilah yang mengkhawatirkan para peneliti, bahwa tujuan yang seharusnya disebarkan secara positif dengan latar belakang dan pengalaman yang mendukung, terbalik semakin memperburuk pandangan tubuh ideal di mata masyarakat. Momen ini pun diikuti dengan banyaknya isu body shaming serta dorongan diet yang berlebihan.
Tim peneliti pun kemudian telah mendesak aplikasi tersebut serta menyarankan dapat lebih berhati-hati kembali dan ketat untuk mengizinkan serta memantau perihal konten Fitspo. Tujuan peringatan ini guna, mengurangi masalah pandangan citra yang buruk terhadap persepsi dan tubuh seseorang, serta mendorong pandangan yang sehat dan tidak berlebihan tentang tubuh dan kebugaran.