Ketika Suku Tengger Melempar Doa ke Kawah Bromo
- https://budaya-indonesia.org/YADNYA-KASADA-RITUAL-ADAT-SUKU-TENGGER-DI-BROMO
Tradisi, VIVA Bali –Ketika malam mulai gelap dan aroma belerang tercium di udara, masyarakat Suku Tengger berkumpul di lautan pasir Gunung Bromo. Mereka membawa sesajen berupa hasil bumi, ternak, dan uang untuk dilemparkan ke kawah gunung yang menyala. Inilah Upacara Yadnya Kasada, ritual suci yang telah diwariskan secara turun-temurun sebagai simbol rasa syukur dan pengabdian kepada Sang Hyang Widi serta leluhur mereka.
Tradisi Yadnya Kasada berakar pada legenda Roro Anteng dan Joko Seger, pasangan yang memohon keturunan kepada Dewa Brahma. Sebagai imbalannya, mereka diminta mengorbankan anak bungsu mereka, Raden Kusuma, ke kawah Bromo. Kisah pengorbanan itu menjadi dasar pelaksanaan Yadnya Kasada setiap tahun, tepat pada bulan ke-14 dalam penanggalan Jawa.
Filosofi di Balik Ritual Bromo
Upacara Yadnya Kasada bukan sekadar persembahan, tetapi cerminan filosofi hidup masyarakat Tengger yang menjunjung tinggi hubungan harmonis antara manusia, alam, dan Tuhan. Dalam pelaksanaannya, masyarakat membawa hasil pertanian mereka ke kawah sebagai bentuk rasa syukur atas panen dan doa agar dijauhkan dari marabahaya. Ritual ini juga menjadi bentuk pengingat spiritual atas pengorbanan Raden Kusuma yang melambangkan ketulusan dan tanggung jawab manusia terhadap janji yang diucapkan.
Yadnya Kasada dan Unsur Kebudayaan
Menurut penelitian Rahmawati & Andalas (2021), upacara ini memiliki peran besar dalam membentuk tujuh unsur kebudayaan masyarakat Tengger, meliputi:
1. Bahasa
Masyarakat Tengger masih menggunakan Bahasa Jawa Tengger kuno dengan logat khas.
2. Pengetahuan
Sistem pertanian dan ritual diwariskan turun-temurun sebagai bentuk pendidikan budaya.
3. Organisasi sosial
Terdapat lembaga adat seperti Parisada Hindu Dharma Indonesia dan dukun pandita yang menjadi penjaga nilai tradisi.
4. Peralatan hidup
Meski telah mengenal teknologi modern, masyarakat tetap mempertahankan alat tradisional seperti cangkul dan wadah anyaman.
5. Mata pencaharian
Mayoritas sebagai petani, namun juga memanfaatkan sektor wisata Gunung Bromo.
6. Religi
Rangkaian upacara seperti mekakat, puja setui, dan murunen menjadi simbol religiusitas.
7. Kesenian
Tarian Roro Anteng dan Joko Seger dipentaskan setiap malam Kasada sebagai pengingat asal usul ritual.
Keunikan Yadnya Kasada kini menjadikannya sebagai warisan budaya takbenda Indonesia sekaligus daya tarik wisata spiritual. Ribuan wisatawan lokal hingga mancanegara datang untuk menyaksikan bagaimana masyarakat Tengger dengan penuh keyakinan menurunkan sesajen ke kawah Bromo.