Tradisi Kebo-Keboan, Makna dan Edukasi untuk Pelajar
- https://www.menpan.go.id/site/berita-foto/ritual-adat-kebo-keboan-alasmalang
Tradisi, VIVA Bali – Banyuwangi tidak hanya dikenal dengan pesona alamnya, tetapi juga dengan warisan budaya yang unik dan sarat makna. Setiap tahun, masyarakat Desa Alasmalang, Kecamatan Singojuruh, memeriahkan ritual ini dengan penuh semangat. Lelaki desa akan berdandan menyerupai kerbau melumuri tubuh dengan lumpur, mengenakan tanduk, dan menari di sawah sebagai bentuk syukur atas panen melimpah sekaligus tolak bala dari penyakit dan bencana alam.
Dikutip dari jurnal Jurnal Widya Winayata: Jurnal Pendidikan Sejarah, tradisi kebo-keboan bermula pada abad ke-18 dari seorang leluhur bernama Buyut Karti yang melakukan tirakat dan doa untuk mengusir wabah serta mengakhiri masa gagal panen yang panjang. Sejak saat itu, ritual kebo-keboan menjadi simbol hubungan spiritual masyarakat dengan alam dan Sang Pencipta.
Simbol dari Peradaban Air
Tradisi ini merefleksikan bagaimana masyarakat Osing Banyuwangi menghargai alam sebagai sumber kehidupan. Dalam penelitian dijelaskan bahwa kerbau dipilih karena dianggap hewan yang lahir dari peradaban air yang melambangkan kesuburan, kekuatan, dan kemakmuran pertanian. Air, tanah, dan kerbau menjadi satu kesatuan yang menggambarkan hubungan manusia dengan alam.
Nilai-Nilai Karakter di Balik Ritual
Lebih dari sekadar tontonan, Tradisi Kebo-Keboan adalah tuntunan. Di dalamnya terkandung nilai-nilai luhur seperti religiusitas, gotong royong, cinta tanah air, dan kepedulian sosial. Nilai-nilai karakter tersebut diwariskan melalui partisipasi generasi muda dalam pelaksanaan ritual agar tradisi tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga pembelajaran moral dan spiritual bagi masyarakat.
Kebo-Keboan sebagai Sumber Belajar Sejarah