Ngerebeg Bali, Tradisi Mistis Tolak Bala yang Bikin Penasaran

Ilustrasi Ngerebeg Bali, Ritual Penolak Bala
Sumber :
  • https://i.ytimg.com/vi/A-NROO1S_ZE/maxresdefault.jpg

Tradisi, VIVA Bali –Di balik kemeriahan pariwisata Bali yang identik dengan pantai dan panorama alam, pulau ini juga menyimpan berbagai tradisi spiritual yang masih dijalankan hingga kini. Salah satu yang paling menarik perhatian wisatawan adalah Ngerebeg, sebuah ritual tolak bala yang sarat makna dan aura mistis.

Keindahan dan Makna di Setiap Lengkung Penjor Bali

Tradisi Ngerebeg dipercaya sebagai bentuk pembersihan diri dan lingkungan dari energi negatif. Upacara ini juga menjadi simbol keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan, sesuai dengan filosofi Tri Hita Karana yang dipegang teguh oleh masyarakat Bali.

Asal Usul dan Makna Ngerebeg

Tradisi Kebo-Keboan, Makna dan Edukasi untuk Pelajar

Kata Ngerebeg berasal dari istilah gerebeg yang berarti keramaian atau iring-iringan besar. Dalam konteks budaya Bali, Ngerebeg dimaknai sebagai ritual penolak bala yang dilakukan secara kolektif oleh masyarakat desa.

Tradisi ini biasanya digelar menjelang Hari Raya Kuningan, dan paling dikenal di Desa Tegallalang, Gianyar. Prosesi ini bukan hanya bentuk ritual spiritual, tapi juga menjadi ajang kebersamaan warga desa dalam menjaga keharmonisan alam dan sosial.

Tari Topeng Kemindu, Simbol Kelestarian Seni Kutai yang Mengabadikan Keanggunan Putri Keraton

Prosesi Sakral dan Unik

Pelaksanaan Ngerebeg diawali dengan upacara persembahyangan di pura desa. Setelah itu, warga akan melakukan iring-iringan keliling desa sambil membawa berbagai perlengkapan upacara seperti tapel (topeng), bade, hingga simbol-simbol penolak bala lainnya.

Wajah peserta biasanya dicat menyeramkan, ada yang berpakaian seperti makhluk halus, bahkan membawa senjata kayu. Meski tampak menakutkan, semua itu dilakukan dengan tujuan mengusir roh jahat agar tidak mengganggu keseimbangan desa.

Tradisi Ngerebeg menjadi tontonan menarik bagi wisatawan, terutama mereka yang tertarik dengan kearifan lokal dan ritual adat Bali. Biasanya, ritual ini dilaksanakan setiap enam bulan sekali atau 210 hari menurut kalender Bali.

Bagi pengunjung, menyaksikan Ngerebeg bukan sekadar melihat “atraksi budaya”, melainkan juga belajar tentang nilai spiritual dan filosofi hidup masyarakat Bali. Wisatawan hanya perlu menjaga sikap sopan dan menghormati jalannya prosesi.

Di tengah pesatnya modernisasi, masyarakat Bali tetap konsisten melestarikan Ngerebeg. Tradisi ini menjadi penanda kuat identitas spiritual Pulau Dewata, sekaligus bukti bahwa budaya Bali bukan hanya soal seni dan tari, tapi juga tentang hubungan harmonis manusia dengan alam dan energi spiritual.