Tari Muang Sangkal, Ikon Kesenian Sumenep untuk Ritual Tolak Bala
- https://www.instagram.com/p/DK_78uPvVBL/?img_index=1&igsh=ZmF5dnkzd2FhZHU2
Budaya, VIVA Bali –Kabupaten Sumenep, Madura, memiliki salah satu kesenian tradisional yang menjadi ikon daerah, yaitu Tari Muang Sangkal. Tarian ini secara harfiah bermakna membuang petaka atau nasib buruk dari dalam diri seseorang. Kata "muang" berarti membuang, sedangkan "sangkal" berasal dari bahasa Jawi Kuno yang berarti sengkala atau petaka. Dalam tradisi masyarakat Sumenep, tari ini juga terkait dengan kepercayaan bahwa menolak lamaran seorang laki-laki kepada anak gadis dapat menyebabkan sangkal, yaitu gadis tersebut tidak laku selamanya (wikipedia.org).
Tari Muang Sangkal diciptakan pada tahun 1972 oleh seniman Sumenep, Taufikurrachman. Dilansir dari kemendikdasmen.go.id, menjelaskan latar belakang penciptaannya adalah kepedulian para seniman terhadap kekayaan budaya Madura dan sejarah kehidupan keraton Sumenep tempo dulu. Gerakan awal tari ini cukup keras dan diiringi gamelan dengan gending “sampak” yang kemudian mengalir ke gending “oramba’-orambe’”. Gerakan yang awalnya kuat kemudian berubah menjadi halus, menggambarkan para putri keraton yang berjalan di Mandiyoso, koridor keraton menuju Pendopo Agung.
Ciri khas Tari Muang Sangkal dilansir dari wikipedia.org dan kemendikdasmen.go.id yaitu jumlah penari yang selalu ganjil dan harus dalam keadaan suci atau perawan. Para penari mengenakan kostum pengantin dodot legha khas Sumenep dengan warna merah dan kuning yang mengandung filosofi “kapodhang nyocco’ sare” atau “Rato prapa’na bunga” yang berarti raja sedang bahagia. Kombinasi warna merah dan hijau atau kuning dan hijau melambangkan “kapodang nyocco’ daun” yang berarti raja sedang marah. Saat menari, para penari memegang sebuah ceplong (mangkok kuningan) berisi beras kuning yang ditaburkan sebagai simbol keselamatan dan tolak bala.
Tari Muang Sangkal memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai cerminan dan legitimasi tatanan sosial, wahana ekspresi ritus yang bersifat sekuler maupun religius, serta sebagai hiburan sosial atau rekreasi. Nilai-nilai yang terkandung dalam tarian ini sangat kental dengan makna spiritual dan sosial, menjadikannya bagian penting dari tradisi masyarakat Sumenep (kemendikdasmen.go.id).
Pelestarian dan pengembangan Tari Muang Sangkal dilansir dari kemendikdasmen.go.id, dilakukan oleh Sanggar Tari Potre Koneng yang aktif mengelola kesenian tradisional dan kreasi. Sanggar ini melakukan inovasi dengan mempersingkat durasi tarian dari 13 menit menjadi 7 menit, mengurangi gerakan yang diulang, serta menambah pernik-pernik pada kostum agar tampak lebih elegan tanpa meninggalkan pakem asli karya Taufikurrachman. Dukungan dari Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Pemuda, dan Olahraga Kabupaten Sumenep sangat membantu dalam pengembangan ini, termasuk dalam penyelenggaraan acara resmi dan partisipasi dalam event tingkat daerah hingga nasional.