Methil Tradisi Syukur Panen Raya di Tanah Jawa
- https://unsplash.com/id/foto/close-up-ladang-rumput-hijau-wnIeCBJfUYM
Tradisi, VIVA Bali –Menjelang musim panen padi, warga Dusun Widodaren Kidul, Desa Widodaren, Ngawi,
punya cara unik untuk mengungkapkan rasa syukur. Mereka melaksanakan tradisi Methil, sebuah ritual turun-temurun yang diwariskan sejak nenek moyang.
Methil dilakukan sebagai bentuk sedekah bumi dan doa bersama agar hasil panen melimpah serta kehidupan masyarakat tetap sejahtera. Warga membawa hasil bumi, makanan khas, hingga jampi suruh—hidangan simbolis yang dipersembahkan dalam ritual. Seperti dijelaskan perangkat desa, “Methil menjadi ungkapan terima kasih atas berkah padi yang tumbuh subur di sawah warga.”
Prosesi Methil sarat simbol. Kunyit dipakai sebagai lambang permohonan maaf, telur
melambangkan penghormatan kepada leluhur, sementara uang logam kecil mencerminkan penghargaan atas kerja keras petani. Semuanya dilakukan dalam suasana gotong royong dan kebersamaan antarwarga.
Tak hanya jadi acara adat, Methil juga berfungsi mempererat silaturahmi. Kepala Desa
Widodaren menegaskan, “Tradisi ini tidak hanya sebagai syukuran panen, tetapi juga media persatuan masyarakat.” Pemerintah daerah pun mendukung pelestarian Methil sebagai
warisan budaya sekaligus sarana edukasi tentang pentingnya menjaga tradisi agraris.
Meski modernisasi terus berjalan, Methil tetap bertahan dan rutin digelar. Bagi warga
Widodaren, tradisi ini bukan sekadar seremoni, melainkan warisan yang menjaga harmoni antara manusia, alam, dan Sang Pencipta.