Tradisi Barapan Kebo, Ritual Syukur Petani Sumbawa

Ilustrasi pelaksanaan tradisi Barapan Kebo di Sumbawa.
Sumber :
  • Ilustrasi pelaksanaan tradisi Barapan Kebo di Sumbawa.

Budaya, VIVA Bali – Di Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, masyarakat memiliki cara unik untuk menyambut musim tanam: Barapan Kebo. Tradisi ini berupa balapan kerbau di sawah berlumpur, lengkap dengan joki yang berdiri di papan kayu yang ditarik dua ekor kerbau. Meski terlihat seperti hiburan rakyat, Barapan Kebo menyimpan makna mendalam yang melekat pada identitas masyarakat Sumbawa.

Eksistensi Tari Topeng Malangan di Tengah Budaya Modern

Tradisi ini biasanya digelar menjelang musim tanam sebagai wujud doa agar lahan pertanian subur dan panen melimpah. Prosesi Barapan Kebo bukan hanya soal kecepatan kerbau, melainkan juga keterlibatan nilai adat dan spiritual. Kehadiran sandro atau pemuka adat menjadi penting karena mereka memimpin ritual doa sebelum lomba dimulai. Inilah yang membedakan Barapan Kebo dari sekadar perlombaan biasa, ia juga merupakan ruang pertemuan antara syukur, harapan, dan budaya.

Menurut penelitian dalam Jurnal Pendidikan Mandala (2019), Barapan Kebo tidak hanya menjadi hiburan, tetapi juga berfungsi sebagai perekat sosial. Acara ini mempertemukan berbagai lapisan masyarakat, dari petani, pemilik kerbau, hingga penonton yang datang dari luar daerah. Lomba ini juga melahirkan kebanggaan kolektif karena kerbau dianggap simbol kekuatan dan status sosial. Dengan demikian, Barapan Kebo menjadi wadah memperkuat ikatan komunitas sekaligus menjaga tradisi leluhur.

Menjaga Warisan Laut Lewat Tradisi Hajat Laut Pangandaran

Lebih jauh lagi, Barapan Kebo juga dipandang memiliki nilai pendidikan. Sebuah artikel dalam Jurnal Kependidikan (2020) menekankan bahwa filosofi Barapan Kebo dapat diintegrasikan dalam pembentukan karakter generasi muda. Nilai-nilai seperti sportivitas, kerja keras, keberanian, dan gotong royong tercermin jelas dalam tradisi ini. Peneliti dalam jurnal tersebut menyebutkan bahwa kearifan lokal yang terkandung dalam Barapan Kebo dapat menjadi sumber pendidikan karakter yang kontekstual dan relevan dengan kehidupan modern.

Selain dimensi sosial dan pendidikan, Barapan Kebo turut memberikan dampak ekonomi. Acara ini menarik banyak penonton dan memunculkan aktivitas ekonomi lokal, mulai dari pedagang makanan hingga jasa hiburan. Pemilik kerbau pun termotivasi untuk merawat hewan mereka sebaik mungkin, bahkan menjadikannya simbol prestise keluarga. Bagi para joki, keberanian dan keterampilan yang ditunjukkan bisa mengangkat nama mereka di tengah masyarakat.

Makan Patita Dari Meja Panjang Hingga Ikatan Persaudaraan Orang Maluku

Namun, modernisasi menghadirkan tantangan tersendiri. Generasi muda yang semakin akrab dengan dunia digital berpotensi melupakan tradisi ini. Oleh karena itu, pengakuan Barapan Kebo sebagai Warisan Budaya Tak Benda Indonesia menjadi langkah penting untuk menjaga kelestariannya.

Halaman Selanjutnya
img_title