Bau Nyale di Lombok, Tradisi Unik Menangkap Cacing Laut Suku Sasak
- https://www.instagram.com/p/CFjeG5kn7XY/?igsh=MW14a21maGZvbnNtcA==
Tradisi, VIVA Bali –Lombok, Nusa Tenggara Barat, tak hanya terkenal dengan pantai eksotis dan sirkuit Mandalika. Pulau ini juga menyimpan tradisi unik bernama Bau Nyale, sebuah ritual tahunan masyarakat Suku Sasak untuk menangkap cacing laut berwarna-warni yang muncul setahun sekali. Tradisi yang berlangsung pada Februari atau Maret ini tidak sekadar kegiatan menangkap cacing, tetapi menyimpan legenda, makna spiritual, dan menjadi daya tarik wisata unggulan Lombok.
Bau Nyale berakar dari legenda Putri Mandalika, seorang putri cantik dan bijaksana yang menjadi incaran banyak pangeran. Demi menghindari pertikaian antar-kerajaan, ia memilih melompat ke laut dari tebing Pantai Seger dan menghilang. Masyarakat percaya Putri Mandalika menjelma menjadi cacing laut yang kemudian disebut nyale. Sejak saat itu, munculnya nyale setiap tahun dianggap sebagai simbol kehadiran sang putri untuk membawa kesejahteraan bagi rakyat.
Makna Nyale bagi Masyarakat
Nyale bukan sekadar cacing laut bersekat yang indah dipandang. Bagi masyarakat Sasak, nyale diyakini membawa keberuntungan dan kesuburan. Banyak yang memanfaatkannya sebagai santapan lezat, ramuan tradisional, hingga ditaburkan ke sawah untuk menyuburkan tanah. Filosofi yang terkandung dalam nyale mengajarkan pentingnya berbagi rezeki dan menghormati alam sebagai sumber kehidupan.
Lokasi dan Rangkaian Festival
Pusat kegiatan Bau Nyale berada di kawasan Mandalika, tepatnya di sekitar Pantai Seger yang menawarkan panorama matahari terbit nan memukau. Selain menangkap nyale, festival ini sering diramaikan oleh berbagai pertunjukan budaya seperti pemilihan Putri Mandalika, parade seni, festival kuliner, hingga tari-tarian tradisional. Rangkaian acara tersebut membuat festival ini tidak hanya menarik secara spiritual, tetapi juga menjadi pesta budaya yang meriah.
Waktu dan Pelaksanaan Bau Nyale
Ritual Bau Nyale biasanya dilaksanakan setiap tahun antara Februari dan Maret, bertepatan dengan kemunculan cacing nyale di pantai selatan Lombok. Menjelang subuh, masyarakat berbondong-bondong mendatangi pantai dengan membawa ember atau alat sederhana. Mereka menangkap nyale secara bersama-sama, menciptakan suasana penuh kebersamaan dan kegembiraan. Kawasan Mandalika, terutama Pantai Seger, menjadi pusat perayaan yang menyedot ribuan pengunjung setiap tahunnya.
Nilai Budaya dan Fungsi Sosial
Tradisi Bau Nyale memegang peranan penting bagi masyarakat Sasak. Selain dipercaya membawa kesejahteraan dan kesuburan, Bau Nyale menjadi simbol identitas budaya yang diwariskan turun-temurun. Dalam perkembangannya, ritual ini juga menjadi agenda wisata tahunan yang masuk dalam daftar Karisma Event Nusantara (KEN) oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Kehadirannya membantu memperkenalkan kearifan lokal Lombok kepada wisatawan lokal maupun mancanegara.
Bau Nyale menjadi bukti betapa eratnya hubungan masyarakat Sasak dengan alam dan warisan leluhur mereka. Tradisi yang sarat legenda ini bukan hanya tentang menangkap cacing laut, melainkan juga perwujudan rasa syukur, penghormatan terhadap alam, dan semangat menjaga identitas budaya di tengah arus modernisasi.