Ribuan Telur Hiasi Banyuwangi, Rahasia Filosofi di Balik Tradisi Endhog-endhogan
- https://id.wikipedia.org/wiki/Endhog-endhogan
Filosofi di Balik Telur dan Jodhang
Setiap elemen dalam perayaan endhog-endhogan memiliki makna mendalam. Telur melambangkan keutuhan ajaran Islam dari identitas keimanan hingga keikhlasan. Sementara batang pisang atau jodhang, yang tetap tumbuh meski ditebang, dimaknai sebagai simbol pantang menyerah dan keberlanjutan kehidupan.
Selain itu, hiasan berbentuk bunga mawar yang dipadukan dengan telur juga sarat makna spiritual. Bunga mawar kerap dikaitkan dengan kisah Nabi Muhammad SAW saat Isra Mikraj, di mana keringat beliau dipercaya menjelma menjadi bunga mawar yang harum.
Tradisi yang Sarat Kebersamaan
Tidak hanya di pusat kota, tradisi ini juga digelar serentak di berbagai masjid di 25 kecamatan se-Banyuwangi. Usai arak-arakan, warga berkumpul menikmati nasi ancak (nasi dalam nampan daun pisang) secara bersama-sama, meneguhkan nilai gotong royong dan kebersamaan.
Tradisi Endhog-endhogan bukan sekadar ritual budaya, melainkan sarana mempererat silaturahmi sekaligus menjaga syiar Islam. Festival endhog-endhogan adalah harmonisasi Islam, Iman, dan Ihsan yang diwujudkan melalui tradisi lokal. Inilah cerminan akhlak Rasulullah yang patut kita teladani.