Ini Alasan Mengapa Hindu di Bali Berbeda dari India
- Sumber https://www.pexels.com/photo/two-women-dancing-while-wearing-dresses-at-night-time-1477310/
Gumi Bali, VIVA Bali –Agama Hindu yang berkembang di Bali memiliki ciri khas tersendiri yang membedakannya dari Hindu di India. Meskipun berasal dari sumber yang sama, yaitu ajaran Hindu yang dibawa oleh para pedagang dan pendeta dari India sejak abad ke-8 Masehi, Hindu di Bali mengalami proses akulturasi dengan budaya lokal yang kuat.
Hal ini terlihat dari berbagai aspek kehidupan masyarakat Bali yang menyatu dengan nilai-nilai Hindu, namun dengan penyesuaian yang unik sesuai dengan konteks lokal. Salah satu contoh nyata dari akulturasi ini adalah sistem irigasi tradisional Bali yang dikenal dengan nama Subak.
Sistem ini tidak hanya berfungsi sebagai metode pengairan sawah, tetapi juga mencerminkan filosofi Tri Hita Karana, yang mengajarkan keseimbangan antara manusia, alam, dan Tuhan. Dalam praktiknya, Subak melibatkan upacara-upacara keagamaan yang ditujukan kepada Dewi Sri, dewi padi dalam kepercayaan Hindu Bali, yang menunjukkan integrasi antara praktik pertanian dan spiritualitas.
Barongan atau Barong, figur dalam mitologi Bali
- Sumber https://www.pexels.com/photo/spooky-traditional-figurine-16115934/
Perbedaan lainnya terletak pada sistem kasta. Di India, sistem kasta sangat kompleks dan kaku, sedangkan di Bali, sistem kasta lebih fleksibel dan tidak terlalu membatasi mobilitas sosial.
Masyarakat Bali mengenal empat kasta utama: Brahmana, Ksatria, Waisya, dan Sudra, namun dalam kehidupan sehari-hari, interaksi antar kasta berlangsung dengan harmonis dan tidak seketat di India.
Selain itu, praktik keagamaan di Bali juga menunjukkan perbedaan yang signifikan. Misalnya, upacara Nyepi, yang merupakan hari raya umat Hindu di Bali, dirayakan dengan cara yang unik.
Saat Nyepi masyarakat Hindu di Bali akan melakukan Catur Brata Penyepian atau empat pantangan selama 24 jam: tidak menyalakan api, tidak bekerja, tidak bepergian, dan tidak bersenang-senang. Tradisi ini tidak ditemukan dalam praktik Hindu di India dan mencerminkan adaptasi ajaran Hindu dengan nilai-nilai lokal Bali.
Dalam seni dan budaya, perbedaan juga terlihat jelas. Salah satu contohnya adalah tari Barong, yang merupakan representasi dari pertarungan antara kebaikan dan kejahatan. Barong dianggap sebagai lambang kebaikan dan sering ditampilkan dalam upacara-upacara keagamaan di Bali.
Konsep Barong ini tidak ditemukan dalam tradisi Hindu di India, menunjukkan bagaimana seni pertunjukan di Bali berkembang dengan karakteristik lokal yang kuat.
Arsitektur tempat ibadah juga menunjukkan perbedaan. Di Bali, pura dibangun dengan struktur terbuka dan terdiri dari tiga bagian utama: nista mandala (halaman luar), madya mandala (halaman tengah), dan utama mandala (halaman dalam).
Struktur ini mencerminkan konsep kosmologi Hindu Bali dan berbeda dengan kuil-kuil Hindu di India yang umumnya berbentuk tertutup dan memiliki struktur yang berbeda.
Perbedaan-perbedaan ini menunjukkan bahwa Hindu di Bali telah mengalami proses lokalisasi yang mendalam, menjadikannya sebagai bentuk Hindu yang khas dan berbeda dari asalnya di India. Meskipun demikian, esensi ajaran Hindu tetap terjaga, yaitu pencarian keseimbangan dan harmoni antara manusia, alam, dan Tuhan.