5 Pantangan di Pura Bali, Konon Bisa Bikin Sial
- https://www.pexels.com/photo/unrecognizable-person-standing-in-lempuyang-temple-4553367/
Memasuki pura dengan pakaian minim seperti celana pendek di atas lutut, rok mini, atau atasan tanpa lengan adalah tindakan yang dianggap tidak sopan. Menurut panduan wisata internasional seperti Lonely Planet, etika dasar saat mengunjungi tempat suci mana pun di Bali adalah mengenakan pakaian yang menutupi bahu dan kaki.
Pengunjung diwajibkan mengenakan busana adat ke pura. Minimal, ini terdiri dari sarung (kamen) yang dililitkan di pinggang hingga menutupi kaki, dan sebuah selendang (senteng) yang diikatkan di pinggang. Sebagian besar pura besar biasanya menyediakan tempat penyewaan sarung dan selendang di dekat pintu masuk bagi wisatawan yang tidak membawanya. Ini adalah simbol penghormatan paling dasar kepada tempat dan tradisi.
3. Mengucapkan Kata-kata Kasar dan Berperilaku Buruk
Pura adalah tempat untuk beribadah, menenangkan diri, dan mencari kedamaian. Oleh karena itu, menjaga sikap dan ucapan adalah sebuah keharusan. Berteriak, tertawa terbahak-bahak, mengucapkan kata-kata kotor, bertengkar, atau menunjukkan kemesraan yang berlebihan di dalam area pura dianggap sebagai tindakan yang sangat tidak menghormati.
Dalam naskah kuno Lontar Kramapura, yang menjadi salah satu rujukan etika di tempat suci, disebutkan bahwa kesucian pikiran, perkataan, dan perbuatan (Tri Kaya Parisudha) harus selalu dijaga. Perkataan dan perilaku yang tidak terkendali dipercaya dapat "mengotori" energi suci pura dan mengganggu kekhusyukan umat yang sedang beribadah.
4. Menaiki Bangunan Suci atau Duduk di Tempat yang Salah
Banyak bangunan di dalam pura, seperti pelinggih atau palinggih (bangunan suci tempat menaruh sesajen), yang memiliki nilai sakral sangat tinggi. Menaiki bangunan-bangunan ini untuk tujuan berfoto atau sekadar iseng adalah sebuah pantangan besar dan absolut. Ini dianggap sebagai tindakan pelecehan terhadap "stana" atau singgasana para dewa dan leluhur.