Menguatkan Hubungan Spiritual Melalui Tradisi Tumpek Kandang di Bali
- https://pin.it/13XacHQv3
Gumi Bali, VIVA Bali – Tradisi di Bali selalu berhasil menarik perhatian karena sarat makna dan filosofi kehidupan. Salah satunya adalah tradisi Tumpek Kandang, hari suci yang menunjukkan hubungan erat manusia dengan hewan sebagai bagian dari ciptaan Tuhan.
Tumpek Kandang atau yang sering disebut Tumpek Uye dirayakan setiap 210 hari sekali, tepatnya pada hari Sabtu Kliwon Wuku Uye dalam kalender Bali. Tradisi ini tersebar di seluruh Bali dan dilakukan di rumah-rumah, pura, hingga kandang binatang ternak atau peliharaan.
Sejarah Tumpek Kandang berakar dari ajaran Hindu yang menekankan pentingnya keharmonisan antara manusia dan alam. Dalam lontar Sundarigama, hari ini diartikan sebagai waktu untuk memuja Siwa Pasupati, penggembala semua makhluk, yang mengingatkan kita akan tanggung jawab terhadap binatang dan lingkungan.
Detail pelaksanaan Tumpek Kandang melibatkan pembuatan sesajen yang kaya akan simbolisme. Umat Hindu di Bali percaya bahwa dengan memberikan persembahan, mereka tidak hanya menghormati binatang, tetapi juga menjaga keseimbangan ekosistem dan hubungan dengan alam.
Selain itu, upacara ini juga mencerminkan rasa kasih sayang terhadap binatang ternak yang berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Sapi, misalnya, dianggap sebagai simbol kemakmuran dan dihormati sebagai "ibu" dalam tradisi Hindu, mengingat perannya dalam pertanian dan penyediaan susu.
Lebih dari sekadar ritual, tradisi Tumpek Kandang mengajarkan pentingnya menjaga keharmonisan antara manusia dan binatang. Tradisi ini menjadi bagian dari filosofi Tri Hita Karana, yang menekankan hubungan harmonis antara manusia, Tuhan, dan alam semesta.
Di tengah perubahan zaman, tradisi Tumpek Kandang tetap relevan sebagai pengingat untuk hidup berdampingan dengan penuh kasih terhadap semua ciptaan. Tradisi ini bukan hanya warisan leluhur, tetapi juga pelajaran berharga tentang keberlanjutan dan pelestarian kehidupan.