Bukan Mitos Biasa! Ini Makna Mistis di Balik Larangan Nikah Bulan Suro

Suro datang, tradisi diuji oleh cinta
Sumber :
  • https://id.pinterest.com/pin/220746819228281959/

Namun demikian, jika dilihat dari sudut pandang agama, terutama Islam, tidak ada dalil yang melarang seseorang untuk menikah di Bulan Muharram—nama lain Bulan Suro dalam kalender Hijriyah. Bahkan, dalam Islam, pernikahan adalah sunnah yang dianjurkan kapan saja sepanjang niatnya baik. Ulama dan tokoh agama menyampaikan bahwa tidak ada yang salah secara syariat dengan menikah di bulan ini. Justru pada tanggal 10 Muharram, umat Islam dianjurkan melakukan amal baik dan berpuasa sebagai bentuk penghormatan terhadap peristiwa Asyura.

Tradisi Perayaan Idul Adha di Nigeria yang Meriah dan Penuh Makna

Di sisi lain, masyarakat Jawa memang tidak selalu mengaitkan larangan ini dengan agama. Tradisi ini lebih merupakan hasil akulturasi budaya yang mencampurkan kepercayaan animisme, Hindu-Buddha, dan Islam. Oleh karena itu, meski tidak diwajibkan, penghormatan terhadap Bulan Suro tetap dijaga sebagai bentuk keselarasan dengan alam dan kearifan lokal. Bahkan beberapa tokoh adat meyakini bahwa kekuatan gaib seperti roh leluhur dan makhluk halus sangat aktif di Bulan Suro, sehingga kegiatan besar seperti pernikahan sebaiknya dihindari demi keselamatan.

Menariknya, di era modern seperti sekarang, pandangan tentang larangan menikah di Bulan Suro mulai mengalami pergeseran. Generasi muda mulai mempertanyakan logika di balik tradisi ini. Sebagian memilih untuk tetap menikah di bulan ini karena alasan praktis, seperti biaya yang lebih murah atau gedung yang lebih mudah dipesan. Sementara sebagian lainnya tetap menghormati tradisi, meski tidak memercayainya sepenuhnya. Mereka menunda pernikahan bukan karena takut, tetapi sebagai bentuk kompromi terhadap kehendak orang tua dan adat istiadat.

Warisan Budaya Jawa yang Tetap Hidup

Fenomena ini menunjukkan bahwa tradisi dan modernitas tidak harus saling bertentangan. Justru di sinilah kearifan budaya berperan penting: sebagai pedoman hidup yang bisa dirawat, ditafsirkan ulang, dan disesuaikan dengan zaman. Larangan menikah di Bulan Suro seharusnya tidak hanya dilihat sebagai mitos semata, tetapi sebagai simbol dari penghormatan terhadap nilai kesucian, ketenangan batin, dan kepekaan terhadap siklus kehidupan.

Pada akhirnya, menikah di Bulan Suro atau tidak, adalah pilihan. Tidak ada yang mutlak benar atau salah. Namun memahami alasan di balik larangan tersebut bisa membantu kita untuk lebih menghargai kekayaan budaya yang diwariskan nenek moyang, sambil tetap menggunakan akal dan nurani dalam mengambil keputusan. Karena hidup yang seimbang adalah tentang bisa berjalan di antara dua dunia: dunia yang tampak dan dunia yang tak kasat mata.

Fakta Menarik Upacara Adat yang Sering Dikira Mitos oleh Generasi Muda