Alasan Umat Hindu Bali Menempelkan Beras di Kening Setelah Persembahyangan

Seorang perempuan Hindu Bali sedang menempelkan bija di keningnya
Sumber :
  • https://www.instagram.com/p/B1XoHAbFLQE/?igsh=YjlyODg2NHJobzVq

4. Anja Cakra, di antara dua alis mata dan sedikit ke atas

Perang Air yang Memiliki Sarat Makna Spiritual

5. Di dalam mulut, langsung ditelan.

Namun, karena saat persembahyangan umat Hindu mengenakan sarana pakaian yang lengkap sehingga tidak semua titik dapat dijangkau, maka peletakkan bija umumnya cukup difokuskan pada 3 titik, yaitu:

Kebudayaan Bali yang Unik

1. Anja Cakra, di antara dua alis sedikit keatas. Tempat ini dianggap sebagai tempat mata ketiga (cudamani). Sehingga penempatan bija diharapkan dapat menumbuhkan sinar-sinar kebijaksanaan.

2. Wisuda Cakra, di leher atau tenggorokan. Sebagai simbol penyucian dengan harapan agar mendapatkan kebahagiaan.

Sate Lilit, Simbol Keharmonisan dan Spiritualitas Masyarakat Bali

3. Di dalam mulut dengan cara langsung ditelan dan jangan digigit ataupun dikunyah. Karena jika dikunyah, beras akan patah dan akhirnya tidak menumbuhkembangkan sifat kedewataan. Sebagai simbol untuk mencapai kesempurnaan hidup melalui kesucian rohani.

Dapat disimpulkan bahwa penggunaan bija dalam persembahyangan umat Hindu Bali bermakna untuk menumbuhkembangkan sifat kedewataan atau ke-Siwa-an dalam diri setiap manusia. Seperti yang disebutkan dalam Upanisad bahwa Tuhan memenuhi alam semesta tanpa wujud tertentu, tidak berada di surga atau di dunia tertinggi, melainkan ada pada setiap ciptaan-Nya.

Halaman Selanjutnya
img_title