Legenda Selat Bali, Pemisah Pulau Jawa dengan Pulau Bali
- https://www.reddit.com/r/geography/comments/18khpiw/how_plausible_would_a_bridge_be_between_bali_and/
Gumi Bali, VIVA Bali – Selat Bali adalah sebuah selat yang memisahkan antara Pulau Jawa di sebelah Timur dengan Pulau Bali di sebelah Barat. Selat ini merupakan jalur yang berfungsi sebagai penghubung bagi para wisatawan yang ingin berkunjung ke Bali dengan moda transportasi laut karena selat ini menghubungkan Pelabuhan Ketapang di Jawa dengan Pelabuhan Gilimanuk di Bali.
Meskipun jalur pelayaran ini sangat ramai, tidak serta-merta dibangun sebuah jembatan untuk menghubungkan kedua pulau ini. Banyak faktor yang menjadi alasan tidak dibangunnya sebuah jembatan di selat ini, mulai dari aspek teknis, ekonomi, kepercayaan, hingga mitologi.
Masyarakat Bali meyakini bahwa secara sekala dan niskala, Bali dengan Jawa sejak awal memang sudah dibuat terpisah sedemikian rupa. Juga menurut mitologi, Sidimantra memang sengaja memutus Pulau Bali dengan Pulau Jawa. Lantas, bagaimanakah kisah Sidimantra dalam legenda asal-usul Selat Bali? Berikut ini akan diceritakan kembali kisah legenda tersebut.
Pada zaman dahulu kala, hiduplah seorang Brahmana dari Kerajaan Daha yang bernama Sidimantra. Ia terkenal akan kesaktiannya dan tekun beribadah serta bertapa, ia dianugerahkan kekayaan oleh para dewa. Tak hanya kaya raya, ia juga memiliki seorang istri yang cantik. Bertahun-tahun setelah menikah, mereka akhirnya dikaruniai seorang anak laki-laki yang diberi nama Manik Angkeran.
Seiring berjalannya waktu, Manik Angkeran tumbuh menjadi pemuda yang gagah. Namun, ia memiliki sifat yang bertolak belakang dengan ayahnya yang merupakan seorang brahmana, Manik Angkeran sangat gemar berjudi sabung ayam, ia sering berjudi dan sering pula mengalami kekalahan. Akibatnya, ia sering berhutang kesana-sini dan menggunakan harta orang tuanya untuk melunasi hutang-hutangnya.
Kegemarannya akan berjudi tak pernah berhenti walau ia seringkali mengalami kekalahan. Hingga pada akhirnya, seluruh harta milik orang tuanya terkuras habis untuk melunasi hutang-hutang tersebut. tak sampai disitu, Manik Angkeran pun masih terlilit hutang. Sebagai orang tua, tentunya Sidimantra tak tega melihat anaknya terlilit hutang dan selalu dikejar penagih hutang. Sidimantra pun bertapa dan memohon petunjuk dari para dewa.
Setelah pertapaan tersebut, Sidimantra mendapatkan petunjuk dari dewa untuk pergi ke Gunung Agung, disana ia akan menemukan harta yang dijaga oleh seekor naga yang bernama Naga Besukih. Malam itu juga, Sidimantra bergegas ke Gunung Agung yang angker dan berbahaya. Namun demi anaknya, ia rela melakukan perjalanan ekstrim tersebut. Setelah melalui perjalanan panjang, ia akhirnya sampai di kawah Gunung Agung. Ia kemudian membunyikan genta atau lonceng untuk memanggil Sang Naga Besukih.
Tak berapa lama, dari dalam kawah keluarlah Sang Naga Besukih. Sidimantra pun menjelaskan maksud dan tujuannya datang menemui sang naga yaitu untuk meminta sedikit harta agar dapat melunasi hutang anaknya. Sang naga pun akhirnya mengabulkan permintaan tersebut dengan syarat sampaikan pesan kepada anak Sidimantra agar harta yang diberikan digunakan dengan bijak. Setelah Sidimantra menyetujui perjanjian tersebut, beberapa saat kemudian Sang Naga Besukih menggoyangkan ekornya dan keluarlah koin-koin emas yang sangat banyak.
Sidimantra akhirnya pulang dengan membawa harta dari Naga Besukih, ia kemudian menemui anaknya dan memberikan harta itu kepadanya untuk melunasi hutang-hutangnya. Tak lupa Sidimantra juga berpesan kepada anaknya, Manik Angkeran agar berjanji untuk menggunakan harta tersebut dengan bijak dan berhenti berjudi. Manik Angkeran pun mengucapkan janji tersebut.
Akan tetapi, janji tinggal lah janji, kebiasaan Manik Angkeran berjudi tidak bisa hilang. Hingga pada akhirnya, Manik Angkeran kembali menemui ayahnya untuk meminta bantuan agar memberikannya uang lagi untuk melunasi hutang. Sidimantra pun marah dan tak mau membantu anaknya lagi karena ia telah mengingkari janji.
Manik angkeran pun kebingungan karena ayahnya tidak mau membantu lagi, ditengah kebingungan tersebut, ia mendapat bisikan bahwa ayahnya mendapatkan harta tersebut dari Naga Besukih, seekor naga yang hidup di kawah Gunung Agung, ia juga diberitahu untuk membawa genta milik ayahnya untuk memanggil Sang Naga. Manik segera pulang ke rumah dan mengambil lonceng milik ayahnya, ia pun bergegas menuju Gunung Agung.
Setelah perjalanan panjang, ia pun sampai di kawah Gunung Agung dan segera membunyikan lonceng tersebut. Mendengar bunyi lonceng, Naga Besukih keluar dari persembunyian. Manik pun ketakutan melihat sang naga, tetapi ia tetap memberanikan diri untuk berbicara. Sebenarnya, Naga Besukih tahu bahwa Manik Angkeran sedang berbohong. Namun, karena kasihan ia pun memenuhi permintaan Manik.
Naga Besukih kemudian mengeluarkan emas dan intan dari ekornya, melihat permata besar yang ada pada ekor naga, Manik segera menebas ekor Naga Besukih dan membawa lari ekor tersebut menjauhi kawah. Naga Besukih sangat marah dan mengejar Manik Angkeran. Namun karena ekornya dipotong, ia menjadi lamban dan tak bisa mengejar Manik Angkeran, ia hanya mampu melihat jejak Manik Angkeran. Ia kemudian mengeluarkan api dan membakar jejak kaki Manik Angkeran, api itu seolah mengejar Manik hingga akhirnya Manik pun ikut terbakar.
Sementara itu, Sidimantra kebingungan mencari anaknya. Seseorang memberi tahu bahwa Manik Angkeran pergi ke Gunung Agung untuk mencari harta. Sidimantra merasa ada yang tidak beres dan segera bergegas pergi menuju gunung. Benar saja, di tengah jalan ia melihat anaknya telah tergeletak dan tidak bergerak. Di samping tubuh anaknya, ada potongan ekor sang naga. Ia pun menemui Naga Besukih dan memohon agar anaknya dihidupkan kembali.
Naga Besukih akan mengabulkan permohonan tersebut dengan satu syarat, Sidi Mantra harus menyambungkan kembali ekornya. Dengan kesaktiannya, Sidimantra menyambungkan kembali ekor Naga Besukih. Tak beberapa lama, Naga Besukih pun menepati janjinya, dari mulutnya menyembur asap hitam tebal dan keluarlah sosok Manik Angkeran. Manik Angkeran pun segera meminta maaf pada ayahnya dan berjanji tidak akan berbuat hal buruk lagi.
Sidimantra lalu membuat garis dengan tongkatnya. Garis itu membelah dan membagi daratan menjadi dua, dari dalam tanah keluarlah air yang melimpah. Daratan yang awal mulanya satu, kini terbelah menjadi dua, yaitu Pulau Jawa dan Pulau Bali. Laut diantara kedua pulau itu kini dikenal sebagai Selat Bali dan menjelma menjadi jalur penyebrangan yang sangat ramai.