Saksi Bisu Kekuatan Masa Lalu, Menjelajahi Benteng Peninggalan Penjajahan di Indonesia
- https://www.cakfath.com/2019/06/benteng-oranje-saksi-sejarah-penjajahan.html
Wisata, VIVA Bali –Benteng-benteng kuno yang tersebar di Nusantara merupakan monumen batu yang merekam babak paling dramatis dalam sejarah Indonesia. Dibangun oleh kekuatan kolonial seperti Portugis, Spanyol, Inggris, dan tentu saja, Belanda, struktur-struktur pertahanan ini berfungsi sebagai pusat kontrol strategis—mulai dari pos militer dan gudang rempah hingga pusat administrasi. Kini, mereka menjadi destinasi wisata sejarah yang vital, menawarkan pandangan nyata ke masa di mana nasib bangsa dipertaruhkan di balik tembok-tembok tebal.
Maluku, Jantung Persaingan Rempah dan Benteng Segi Lima
Kepulauan Maluku, yang dikenal sebagai "Spice Islands," adalah arena persaingan global pada abad ke-16 dan ke-17, yang meninggalkan jejak benteng-benteng yang luar biasa. Di Banda Neira, Benteng Belgica berdiri sebagai simbol supremasi VOC atas perdagangan pala. Benteng berbentuk pentagon (segi lima) ini dibangun di atas bukit karang, memberikan kontrol visual total terhadap pelabuhan dan Gunung Api Banda. Kunjungan ke Belgica bukan hanya melihat arsitektur militer Eropa, tetapi juga merenungkan tragedi pembantaian Banda yang terjadi di bawah bayang-bayang kekuasaan benteng ini.
Selain itu, di Ternate terdapat Benteng Oranje, salah satu benteng Belanda yang paling aktif dan menjadi pusat pemerintahan VOC untuk Maluku Utara. Di sisi lain, di Tidore terdapat Benteng Tore, peninggalan Portugis dan Spanyol. Kehadiran begitu banyak benteng di Maluku menunjukkan betapa tingginya nilai rempah-rempah yang mereka lindungi dan perebutan kekuasaan yang tak berkesudahan di kawasan ini.
Sulawesi, Warisan Benteng Gowa-Tallo yang Diambil Alih
Di Sulawesi Selatan, Benteng Rotterdam di Makassar menjadi contoh sempurna adaptasi dan pengambilalihan kekuasaan. Awalnya dikenal sebagai Benteng Ujung Pandang, dibangun oleh Kerajaan Gowa-Tallo, benteng ini memiliki arsitektur asli yang unik. Setelah Kerajaan Gowa-Tallo dikalahkan VOC pada 1667, benteng ini direnovasi total menjadi kompleks pertahanan gaya Eropa yang kokoh. Bentuknya yang mirip penyu menjadi ciri khas, dan kini berfungsi sebagai pusat budaya dan edukasi. Yang paling menarik, di dalam Benteng Rotterdam terdapat ruangan yang dulunya digunakan untuk mengasingkan Pahlawan Nasional Pangeran Diponegoro setelah ditangkap di Jawa.
Sumatera, Benteng Inggris di Lintas Samudra
Di Sumatera, khususnya Bengkulu, terdapat warisan unik dari Inggris yang singkat namun monumental. Benteng Marlborough adalah benteng Inggris terbesar kedua di Asia setelah Benteng St. George di India. Dibangun oleh Perusahaan Hindia Timur Inggris (EIC) antara tahun 1713 hingga 1719, benteng ini menunjukkan arsitektur pertahanan yang masif, dirancang untuk menahan serangan dari laut maupun darat. Struktur ini menjadi saksi singkat kekuasaan Inggris di Sumatera, sebelum akhirnya Bengkulu diserahkan kepada Belanda melalui perjanjian. Kualitas bangunan yang terawat baik menjadikan Marlborough ikon wisata sejarah yang penting di pantai barat Sumatera.
Jawa, Kontrol Politik di Pusat Budaya
Benteng di Jawa seringkali dibangun dengan tujuan kontrol politik, terutama terhadap kerajaan-kerajaan lokal. Benteng Vredeburg di Yogyakarta, yang secara harfiah berarti "Benteng Perdamaian," ironisnya dibangun untuk mengawasi ketat aktivitas Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat yang merupakan pusat kekuasaan lokal. Terletak tepat di jantung kota, benteng ini melambangkan dominasi kolonial atas penguasa pribumi. Saat ini, Vredeburg telah diubah menjadi museum yang menampilkan diorama peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan, memberikan kontras antara masa lalu kolonial dan semangat nasionalisme.
Di Jawa Timur, Benteng Pendem Van den Bosch di Ngawi menawarkan perspektif lain. Dijuluki "Benteng Pendem" (Benteng Terpendam) karena strukturnya yang sering terendam air, benteng ini terletak strategis di pertemuan dua sungai besar. Fungsinya adalah mengamankan jalur air dan mengawasi pergerakan dari pedalaman Jawa, menunjukkan pentingnya benteng sebagai pos militer untuk menjaga kontrol atas wilayah yang lebih luas dan terpencil.
Edukasi dan Kontemplasi di Balik Tembok
Kunjungan ke benteng-benteng ini menawarkan kesempatan untuk menggali sejarah secara fisik. Setiap tembok, parit, dan ruangan memiliki cerita, mulai dari logistik militer, kehidupan sehari-hari tentara kolonial, hingga kisah-kisah perlawanan para pejuang lokal yang berusaha merebutnya kembali. Destinasi-destinasi ini tidak hanya menyimpan arsitektur kolonial, tetapi juga ruh perlawanan yang mendefinisikan kemerdekaan Indonesia. Mereka adalah pengingat nyata bahwa kemerdekaan yang kita nikmati saat ini merupakan hasil dari perjuangan yang panjang dan pahit di balik tembok-tembok batu yang kini menjadi saksi bisu sejarah.