Kopi Buleleng Terancam ‘Ampas’, Brida Gaet Akademisi Selamatkan Petani

Ketua Tim Pelaksana Penyusunan Roadmap Kopi, I Wayan Rideng
Sumber :
  • Dok. Humas Pemkab Buleleng/ VIVA Bali

Buleleng, VIVA Bali –Potensi besar kopi Arabika dan Robusta di Buleleng terancam hanya jadi ‘ampas’ bagi petani lokal. Mayoritas hasil panen justru dinikmati pihak luar, dipasarkan dengan merek daerah lain, dan membuat petani gigit jari.

Sadis! Kakek 79 Tahun di Banyuwangi Setubuhi Bocah SD, Ancam Datangkan Genderuwo

Situasi miris ini mendorong Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) Kabupaten Buleleng bergerak cepat menyusun roadmap pengembangan komoditas kopi, menggandeng akademisi demi kesejahteraan petani.

Diskusi penyusunan roadmap ini digelar di Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT) Kabupaten Buleleng pada Selasa 20 Mei 2025, melibatkan berbagai pemangku kepentingan.

Warga Desa Alasbuluh Ditangkap Reskrim Polsek Wongsorejo Karena Tidak Bisa Ditelp, Kok Bisa?

Ketua Tim Pelaksana, I Wayan Rideng, dari Universitas Warmadewa, mengungkapkan kegelisahannya.

"Kami menemukan bahwa hasil kopi dari Buleleng justru dinikmati oleh pihak lain. Beberapa pelaku usaha menggunakan kopi Buleleng tetapi memasarkan dengan merek dari daerah lain," ujarnya.

Kasus Pelecehan Seksual di Unram, Polda NTB Resmi Serahkan Berkas ke Kejaksaan

Padahal, kopi Bali, seperti Kintamani, sudah menduduki peringkat kedua nasional setelah Kopi Gayo. Namun, kopi Buleleng banyak yang belum memiliki identitas merek kuat.

"Petani kita hanya mendapatkan ‘ampasnya’, tidak memperoleh keuntungan maksimal. Hal ini membuat petani menjadi lesu dan kehilangan semangat," tambah Rideng.

Halaman Selanjutnya
img_title