Horor Pantura Banyuwangi, Macet Parah 10 KM Pengemudi Terjebak Lagi Antrian 2 Arah!
- Anton Heri Laksana/ VIVA Banyuwangi
Banyuwangi, VIVA Bali –Setelah sempat terurai selama 2 hari, kemacetan kembali terjadi di jalur pantura Kabupaten Banyuwangi. Ribuan kendaraan kembali terparkir di sepanjang jalan pantura selama 2 hari terakhir bahkan dari arah utara atau dari arah Surabaya, ekor antriann sudah lebih dari 10 kilometer dari Pelabuhan Ketapang.
Ekor kemacetan kendaraan ini sudah sampai di pintu masuk objek Wisata Pantai Kampe, Desa Bengkak, Kecamatan Wongsorejo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Rabu, 23 Juli 2025.
Ribuan kendaraan terparkir diatas median jalan dalam kondisi mesin kendaraan mati akibat terlalu lama terjebak kemacetan.
{{ photo_id=4920 }}
Aksi mematikan kendaraan saat terjebak kemacetan yang cukup lama, acap kali dilakukan guna mengurangi penggunaan BBM Solar kendaraan.
“Kalau agak lama, pasti mesin saya mastikan biar tidak boros BBM. Kan percuma saja mesin hidup tapi kendaraan tidak gerak,” ujar seorang pengemudi truk asal Jakarta, Robby.
Akibat kemacetan ini, pengemudi truk antar kota mengeluhkan bertambahnya biaya operasional akibat lebih lambat tiba ditujuan.
Antrian kendaraan depan Objek wisata Kampe Desa Bengkak
- Anton Heri Laksana/ VIVA Banyuwangi
“Dalam kondisi normal, seharusnya saya sudah masuk ke Pelabuhan Ketapang tapi lihat saja. Sampai saat ini masih di sini,” keluh Roby saat dihubungi disela-sela antrian.
Antrian kali ini sudah terjadi selama 2 hari terakhir dan dialami ribuan kendaraan dari arah utara atau arah Surabaya yang akan menuju Pelabuhan Ketapang atau Banyuwangi kota.
“Katanya kemarin sudah tidak antri lagi tapi kenyataannya ini antri kembali. Tidak tahu ini sampai jam berapa bisa sampai ke (Pelabuhan) Ketapang?,” keluh Robby.
{{ photo_id=4918 }}
Sebelumnya, antrian ribuan kendaraan sempat terjadi selama 5 hari akibat 15 unit kapal penyeberangan ditahan KSOP Tanjung Wangi.
15 kapal yang melayani pelayaran Ketapang Gilimanuk tersebut dianggap tidak layak layar dan membahayakan jalur penyeberangan.
Kebijakan tersebut diambil pasca terjadi musibah tenggelamnya KMP Tunu Pratama Jaya saat melakukan pelayaran Ketapang Gilimanuk.
Sebelum tenggelam, KMP Tunu Pratama Jaya sempat mengalami kerusakan mesin dan kemudian terjadi blackout.
Tidak butuh lama, kapal kemudian tenggelam di perairan Selat Bali dan menimbulkan korban tewas hingga belasan.
Bahkan belasan korban lain hingga saat ini masih dinyatakan hilang karena tidak diketahui keberadaannya.