Nestapa warga Rusunawa Kota Bima, marak pencurian dan premanisme

Kondisi Rusunawa Kota Bima
Sumber :
  • Juwair Saddam/ VIVA Bali

Bima, VIVA Bali –Warga penghuni Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) di kawasan Kelurahan Paruga, Kecamatan Rasanae Barat, Kota Bima, NTB dibayang-bayangi bahaya kriminalitas seperti pencurian dan premanisme. Kondisi itu sangat meresahkan warga setempat

Anak Pelaku Persetubuhan di Bima Dilecehkan Kakeknya

"Di Rusunawa memang sering terjadi kasus pencurian. Tabung gas, uang dan sejumlah barang berharga milik warga hilang dicuri. Ini sangat meresahkan warga kami," kata Ketua RT 20 Rusunawa, Dahlan ditemui Bali.Viva.co.id beberapa waktu lalu. 

Dahlan mengakui, Rusunawa rawan pencurian. Sebab, warga lain yang berkunjung ke Rusunawa tidak terkontrol dengan baik dan bebas keluar masuk. Meskipun di pintu masuk tetap dilakukan penjagaan anggota Satpol PP.

Kunjungi Korban Kebakaran, Wakil Bupati Bima: Hati-hati Pakai Gas LPG

"Masalahnya di Rusunawa tidak dipagar keliling. Yang dipagar hanya bagian depan saja," ungkapnya. 

Pihaknya sudah sering kali mengeluhkan kondisi itu. Termasuk kebutuhan air bersih, tapi tidak pernah disikapi serius.

Kelelahan, Seorang Jamaah Haji asal Bima Meninggal di Tanah Suci Jelang Kepulangan

"Bangunan Rusunawa ini juga banyak yang rusak dan tidak berfungsi. Kami juga mempertanyakan dana pemeliharaan itu dipakai untuk apa," sorot dia. 

Kepala Dinas Perumahan dan Pemukiman (Perkim) Kota Bima, A Faruk membenarkan bahwa Rusunawa rawan pencurian. Kondisi itu meresahkan warga penghuni Rusunawa.

"Di lantai paling atas itu semua barang dicuri. Pintu, jendela kamar yang tidak ditempati juga dirusak," sesal Faruk ditemui Bali.Viva.co.id di kantornya pekan lalu.

Terbatasnya anggaran pemeliharaan menjadi kendala pihaknya untuk memperbaiki kerusakan fasilitas di Rusunawa. Tiap tahun dana pemeliharaan hanya Rp 10 juta. 

"Itupun hanya diperuntukkan bagi biaya penjagaan petugas keamanan dan kebersihan," katanya.

Rusunawa Kota Bima kata dia, kondisinya memprihatinkan karena tidak terurus. Kebutuhan air bersih sulit. Warga yang menetap terus berkurang tiap tahun dari 190 kamar yang tersedia. 

"Kita ingin Rusunawa ini diubah fungsinya. Bisa saja kita alihkan rumah sewa untuk ASN dengan keamanan terjamin. Atau bisa juga rumah singgah. Kalau dikelola pihak swasta bisa saja, cuma kami belum temukan dasar hukumnya seperti apa," katanya.

Faruk mengakui, konsep rancangan pembangunan Rusunawa sudah salah sejak awal. Menurut dia, menempatkan Rusunawa di wilayah pesisir kota tidak tepat untuk jangka panjang. Sebab, di lokasi tersebut tidak didukung dengan ketersediaan air bersih yang layak.

Terputusnya layanan air bersih di Rusunawa disebabkan kerusakan jaringan pipa PDAM. Ditambah lagi konflik internal hingga terjadi PHK puluhan karyawan PDAM memperburuk pelayanan air.

"Air bersih ini kebutuhan utama warga. Bayangkan sudah delapan kali kami lakukan bor kanada di lokasi tersebut, tapi mental juga. Sekarang yang bisa dilakukan hanya bor dangkal. Kualitas airnya tidak layak dikonsumsi. Rasanya bukan lagi payau, tapi asin," pungkasnya.