Masuk Bali dengan Memanjat Pagar Pelabuhan 14 Anak Punk Diamankan, 1 Orang Kedapatan Membawa Senjata Tajam

Belasan anak punk ditemukan di depan toko modern di Gilimanuk
Sumber :
  • dok Lurah Gilimanuk/VIVA. Bali

Jembrana, VIVA Bali – Sebanyak 14 orang anak punk diamankan petugas Kelurahan Gilimanuk. Mereka nekat masuk Bali dengan memanjat pagar Pelabuhan Gilimanuk setinggi 2 meter guna menghindari pemeriksaan di pintu masuk Bali. Salah satu diantaranya kedapatan membawa senjata tajam.

Belum Selesai Dibangun 2 Dapur Warga Tergerus Longsor

Lurah Gilimanuk Ida Bagus Tony Wirahadikusuma, saat dikonfirmasi Sabtu 28 Juni 2025 membenarkan telah mengamankan 14 orang anak jalanan. Mereka diamankan didepan sebuah toko modern diwilayah Kelurahan Gilimanuk. Keberadaan mereka meresahkan karena melakukan aktivitas meminta uang kepada pengunjung.

“ Ada laporan dari warga kalau ada belasan anak punk yang meminta-minta, kita tindak lanjuti dengan mengamankan mereka ke pos pemeriksaan untuk dilakukan pendataan,”ujarnya pada Bali.viva.co.id.

Cegah Pinjol dan Judol, Propam Polres Jembrana Periksa HP Anggota

Dari hasil pemeriksaan, diketahui ke 14 orang anak jalanan tersebut masuk Bali dengan memanjat tembok pembatas Pelabuhan Gilimanuk setinggi 2 meter, agar bisa lolos dari pemeriksaan petugas dipintu keluar pelabuhan Gilimanuk atau pintu masuk Bali dan pemeriksaan kartu identitas diri di terminal Gilimanuk.

“Mereka mengakui memang melompati pagar dan menelusuri jalur tikus di pesisir pantai area Patung siwa sampai ke waterbee, mereka tahu cara menghindari pemeriksaan,”imbuh Lurah yang akrab disapa Gus Tony.

Diterjang Cuaca Buruk Aktivitas Pelabuhan Gilimanuk Alami Penutupan, Antrean Kendaraan hingga Keluar Pelabuhan

Dari hasil pemeriksaan dari 14 orang tersebut, 10 orang mengaku dari Surabaya, Jawa Timur, sedangkan 4 lainnya berasal dari Palembang, Sumatra Selatan. Gus Tony menambahkan dari 10 orang tersebut sama sekali tidak membawa kartu identitas diri. Sedangkan yang dari Palembang membawa Kartu Tanda Penduruk (KTP) namun sudah tidak berlaku.

“ Kelompok Surabaya sama sekali tidak membawa kartu identitas karena mereka rata-rata baru berusia 13 tahun, masih anak dibawah umur. Sedangkan untuk kelompok Palembang bawa KTP namun sudah tidak berlaku,”bebernya.

Halaman Selanjutnya
img_title