Apakah Atap Asbes Berbahaya? Fakta Kesehatan dan Perbandingannya dengan Atap Seng

Atap asbes masih jadi favorit di Indonesia, padahal berbahaya
Sumber :
  • Sumber https://www.istockphoto.com/id/foto/atap-asbes-gm454197319-25902713

Lifestyle, VIVA Bali –Banyak daerah di Indonesia, penggunaan atap asbes masih menjadi pilihan umum karena harganya yang murah dan mudah ditemukan di pasaran. Bahan ini telah lama digunakan dalam industri bangunan karena dikenal tahan panas dan awet dalam jangka waktu lama (Kementerian Kesehatan RI, 2022: kemkes.go.id). Namun, di balik kepraktisannya, asbes menyimpan risiko kesehatan serius yang kerap diabaikan oleh pengguna.

Menjaga Kekuatan Sendi dan Tulang Seumur Hidup, 7 Kebiasaan Rutin yang Terbukti Efektif

Asbes terdiri dari serat mineral mikroskopis yang sangat ringan dan mudah terhirup ketika pecah, lapuk, atau saat terjadi pembongkaran (World Health Organization, 2021: who.int). Saat serat ini masuk ke dalam paru-paru, tubuh tidak mampu mengeluarkannya, dan serat tersebut dapat tertanam di jaringan paru secara permanen.

Paparan asbes dalam jangka panjang diketahui memicu sejumlah penyakit mematikan seperti asbestosis (kerusakan paru-paru akibat jaringan parut), kanker paru-paru, serta mesothelioma—sebuah kanker langka yang sangat agresif (International Agency for Research on Cancer, 2012: iarc.who.int). Menurut American Cancer Society (2022: cancer.org), hampir seluruh kasus mesothelioma berhubungan dengan paparan asbes, terutama dari atap dan bangunan lama.

4 Alasan Wisata Nusa Penida Jadi Magnet Turis Mancanegara

Tidak hanya pekerja konstruksi yang berisiko, tetapi juga anggota keluarga yang tinggal bersama atau terpapar secara tidak langsung. Serat asbes bisa menempel di pakaian, terbawa angin, bahkan menempel pada barang-barang di rumah seperti tirai atau karpet (Centers for Disease Control and Prevention, 2020: cdc.gov). Karena itu, risiko ini tidak bisa dianggap remeh, apalagi jika digunakan dalam lingkungan tempat tinggal.

 

Danau Kastoba, Surga Tersembunyi yang Memukau di Pulau Bawean

Selain asbes, atap seng juga sering ditemui di Indonesia

Photo :
  • Sumber https://www.istockphoto.com/id/foto/atap-seng-gm1458106475-492750201

 

Di sisi lain, atap seng menjadi alternatif yang banyak dipilih karena tidak mengandung bahan berbahaya seperti asbes. Atap seng terbuat dari logam ringan seperti aluminium atau campuran seng (galvanis), dan tidak menghasilkan partikel beracun yang bisa membahayakan pernapasan (Environmental Protection Agency, 2021: epa.gov). Meski tetap memerlukan perlindungan terhadap panas dan suara, seng tidak menimbulkan ancaman kanker seperti asbes.

Dari sisi kenyamanan, atap asbes memiliki kemampuan meredam panas dan suara yang sedikit lebih baik dibandingkan seng, sehingga rumah terasa lebih sejuk dan tenang. Namun, hal ini tidak sebanding dengan potensi bahaya kesehatannya yang sangat tinggi (Kementerian Kesehatan RI, 2022: kemkes.go.id).

Sebaliknya, atap seng cenderung lebih panas saat siang dan lebih berisik saat hujan. Tetapi kekurangan ini bisa diatasi dengan menambahkan lapisan insulasi atau plafon untuk mengurangi efek panas dan suara (EPA, 2021: epa.gov). Dalam hal ini, seng memberikan solusi yang lebih aman secara jangka panjang, terutama untuk keluarga dengan anak-anak atau lansia.

Dari segi umur pakai, baik atap asbes maupun atap seng memiliki ketahanan yang cukup baik. Namun, seng yang dirawat dengan baik bisa bertahan hingga 20–25 tahun, dan material logamnya bisa didaur ulang sepenuhnya—menjadikannya lebih ramah lingkungan (EPA, 2021: epa.gov).

Sebaliknya, asbes bekas sulit ditangani karena tidak boleh dibakar atau dibuang sembarangan. Bahkan di banyak negara, pembuangan asbes diatur sangat ketat karena berpotensi mencemari lingkungan sekitar (International Ban Asbestos Secretariat, 2022: ibasecretariat.org).

Penting untuk dicatat bahwa lebih dari 60 negara di dunia telah melarang penggunaan semua bentuk asbes, termasuk Jepang, Australia, Inggris, dan sebagian besar negara Eropa (WHO, 2021: who.int). Sayangnya, Indonesia belum memberlakukan larangan total, meskipun risiko kesehatannya sudah terbukti secara ilmiah.

Bila Anda memiliki rumah dengan atap asbes, khususnya yang sudah berusia di atas 10 tahun, pertimbangkan untuk segera menggantinya. Pembongkaran asbes harus dilakukan oleh profesional yang memakai alat pelindung khusus untuk mencegah paparan serat ke udara (CDC, 2020: cdc.gov). Jangan mencoba melepasnya sendiri karena risiko terpapar sangat tinggi.

Atap asbes memang murah dan kuat, namun bahayanya terhadap kesehatan tidak bisa diabaikan. Ia bisa menyebabkan penyakit paru-paru yang serius bahkan mematikan, dan paparan jangka panjang sangat berisiko bagi semua penghuni rumah. Sebaliknya, atap seng lebih aman secara medis dan bisa dikelola dengan solusi teknis untuk mengatasi kelemahannya. Dalam hal perlindungan jangka panjang terhadap keluarga dan lingkungan, atap seng jelas lebih unggul.