Jejak Bawang Merah dan Putih dalam Dapur Nusantara
- https://bawangmerah.id/images/artikel/bawang-merah-probolinggo-1684375089.jpg
Berlanjut ke abad 16 M, di mana masuknya cabai dari benua Amerika melalui Portugis membuat kombinasi baru: bawang dan cabai. Dari sinilah sambal dalam berbagai bentuk lahir.
Setelah itu pada sekitar abad 17–19 M, catatan kolonial Belanda mendokumentasikan bawang sebagai bahan dasar tetap dalam racikan gulai, sayur, dan tumisan. Hingga yang terbaru, studi etnobotani di Lombok maupun Sumatra menegaskan bawang tetap menjadi tanaman bumbu utama dalam kuliner lokal, diwariskan secara turun-temurun.
Antara Global dan Lokal
Yang menarik, bawang merah dan putih bukan tanaman asli Indonesia. Namun, keduanya diadopsi begitu cepat hingga sulit dibedakan dari identitas kuliner lokal. Dalam masakan Minangkabau, bawang adalah inti gulai yang diwariskan turun-temurun. Di Lombok, masyarakat Sasak menempatkannya dalam kategori bumbu pokok yang tak tergantikan.
Sementara itu, dalam kerangka sejarah kuliner yang dibagi menjadi fase asli, fase multikultural, dan kontemporer, bawang adalah salah satu bahan yang mampu menyeberangi setiap fase tanpa kehilangan relevansinya.
Bumbu yang Menyatukan Rasa
Melalui soto, sambal, gulai, hingga tumisan sehari-hari, bawang merah dan putih telah menjadi semacam “roh kuliner” Nusantara. Meski datang dari luar, keduanya diterima dengan tangan terbuka, lalu menyatu hingga tak lagi dianggap asing.