Urban Farming, Gaya Hidup Cerdas di Tengah Kota

Lahan sempit, hasil maksimal dengan urban farming
Sumber :
  • https://livingarchitecturemonitor.com/articles/three-rooftop-farmers-reflect-on-social-benefits-green-rooftop-farms

Lifestyle, VIVA Bali Urban farming atau pertanian urban merupakan praktik budidaya tanaman (dan terkadang ternak kecil) di area perkotaan terbatas, seperti pekarangan rumah, rooftop, dan dinding rumah. Model ini semakin diminati sebagai solusi ketahanan iklim dan pangan di tengah keterbatasan lahan dan kebutuhan gaya hidup sehat. Cukup dengan area yang terbatas, warga kota bisa menanam sayuran seperti kangkung, bayam, cabai, dan tomat.

Gunting Tumpul? Ini Cara Mudah Menajamkan Gunting

 

Dikutip dari laman babelprov.go.id, berikut keuntungan dari penerapan urban farming:

Bukan Cuma Malas Baca! Ini 7 Penyebab Nyata Literasi Rendah di Indonesia

1. Ketahanan pangan rumah tangga

 

Langkah Awal Olahraga untuk Pemula dengan Kelebihan Berat Badan

Urban farming membantu keluarga perkotaan mencukupi sebagian kebutuhan sayur‐mayur secara mandiri, mengurangi ketergantungan distribusi pangan dari luar.

2. Gaya hidup sehat & organik

 

Banyak sistem seperti hidroponik atau vertikultur menerapkan metode tanpa pestisida sintetik, menghasilkan pangan lebih bersih dan ramah lingkungan.

3. Efisiensi lahan terbatas

 

Dengan sistem polybag, vertikultur, atau rooftop, tanaman bisa tumbuh optimal dalam ruang kecil, hingga 20‑25 tanaman dalam area 1×2 meter dengan hidroponik.

4. Pengurangan biaya rumah tangga

 

Bila kebutuhan sayur dipenuhi sebagian, rumah tangga bisa menghemat hingga ratusan ribu rupiah per bulan dari pengeluaran pangan.

5. Penguatan sosial lokal

 

Urban farming mampu membangun budaya gotong royong dan pemberdayaan komunitas sebagai aktivitas bersama warga .

 

 

 

Di lain sisi, sistem pertanian ini memiliki hambatan & tantangan yang perlu diperhatikan, yaitu:

1. Biaya investasi awal cukup tinggi

 

Pemasangan sistem hidroponik, vertikultur, atau penataan rooftop memerlukan biaya dan perangkat pendukung.

2. Keterampilan dan perawatan teknis dibutuhkan

 

Praktisi urban farming perlu memahami nutrisi tanaman, intensitas cahaya, sirkulasi air. Tanpa hal ini tanaman bisa gagal tumbuh.

3. Risiko kesehatan lokal

 

Bila sistem tidak dirawat, genangan air atau media tanam bisa memicu nyamuk dan sumber penyakit lain.

4. Hasil panen terbatas skala produksi

 

Urban farming cenderung lebih memenuhi kebutuhan lokal bukan produksi skala besar seperti pertanian pedesaan.

5. Kurangnya dukungan kebijakan

 

Belum semua pemerintah daerah menyediakan insentif atau regulasi khusus untuk mendukung urban farming cetak biru komunitas.

 

 

 

Urban farming telah muncul sebagai solusi cerdas untuk ketahanan pangan dan gaya hidup sehat di kota. Meski menghadapi tantangan seperti biaya dan perawatan teknis, manfaat jangka panjangnya–dari ketahanan pangan hingga penghematan dan pemberdayaan komunitas–layak untuk didorong lebih luas bersama kebijakan daerah dan edukasi publik.