Vibe Coding, Masa Depan Para Programmer

Ilustrasi Seorang Programmer
Sumber :
  • https://www.istockphoto.com/id/foto/seminar-coding-berbicara-gm1483272796-509910891?searchscope=image%2Cfilm

Lifestyle, VIVA Bali – Kecanggihan machine learning mengeksploitasi data membuat kecerdasan buatan (AI) makin pintar merespons bahasa sehari-hari (ordinary-language). AI telah mempelajari gaya seni (artstyle) manusia, dan sekarang ia mempelajari gaya komunikasi sehari-hari manusia.

7 Cara Ampuh Mencegah Anxiety Sebelum Menyerang

 

Hal ini tentu berdampak pada industri pekerja kreatif, tak terkecuali seniman dan illustrator. Kini, bukan hanya seniman dan illustrator yang dirugikan, pengembang perangkat lunak atau software developer juga terkena dampak dari eksploitasi data yang digunakan oleh AI, terkhusus MetaAI dan ChatGPT.

Motivasi Ryu Kintaro Viral, Bagaimana Cara Sukses Bagi Perintis Muda yang Sebenarnya?

 

Apa itu Vibe Coding?

 

Pemain Jaguars DE Josh Hines Allen mengatakan putranya yang berusia 7 tahun, Wesley, sedang dalam pemulihan dari leukemi

Vibe coding atau pemrograman sehari-hari adalah upaya pemrograman menggunakan fitur LLM (large language model) AI. Seorang Vibe Coder tidak mengembangkan suatu perangkat lunak melalui keterampilan maupun pengetahuannya atas modularitas suatu software, melainkan melalui prompts atau perintah AI.

 

Menurut Joe Kowalski, seorang pembuat konten dan pengembang perangkat lunak, vibe coding memang membantu masyarakat mengembangkan software tanpa latar belakang IT. Masyarakat bisa menyuruh AI menciptakan suatu website, bahkan game dalam waktu hanya 3 menit menggunakan ChatGPT.

 

Sistem Informasi yang Tidak Aman

 

Selebihnya, Kowalski dalam laman Tik-Tok pribadi-nya (@saas.elder) mengatakan bahwa vibe coding cenderung menciptakan produk perangkat lunak yang banyak error, susah dipelihara, dan mudah diretas (penuh security holes ). Hal ini disebabkan pengembangan perangkat lunak bukan hanya perkara satu sistem khusus yang dapat menjalankan suatu program, yang seringnya dilakukan oleh AI.

 

Pengembangan perangkat lunak membutuhkan keterampilan modularitas dan arsitektur yang rapih, yang tentu saja melibatkan lebih dari satu sistem. Kowalski mendeskripsikan proses pengembangan software sebagai proses perakitan mainan Lego, di mana satu kotak Lego yang cacat bisa berdampak pada keseluruhan bangunan Lego.

 

Membuat Pekerja Security Engineer Naik Lambung

 

Kendati melemahkan pasar seorang pengembang software, fenomena Vibe Coding menciptakan ekosistem pasar di mana pekerja sistem keamanan (security engineer) naik lambung. Hal ini disebabkan para vibe coder tidak berhati-hati dalam memelihara dan memastikan keamanan serta kelancaran keseluruhan sistem suatu program yang diciptakannya.