Mau Naik Gunung? Wajib Siapkan Fisik dan Pola Makan, Ini Panduan Ahli!

Ilustrasi rombongan pendaki guning.
Sumber :
  • https://www.pexels.com/photo/group-of-person-walking-in-mountain-1365425/

Lifestyle, VIVA Bali – Aktivitas mendaki gunung memang menawarkan sensasi petualangan, tantangan, sekaligus keindahan alam yang luar biasa. Namun, dibalik pesona itu, mendaki adalah aktivitas ekstrem yang menuntut kesiapan fisik prima dan pola makan seimbang.

Terbukti Ampuh! Ini 10 Minyak Esensial yang Menyehatkan dan Menumbuhkan Rambut

Dokter Spesialis Gizi Klinik dari Universitas Indonesia, dr. Pande Putu Agus Mahendra, M.Gizi, Sp.GK, menegaskan bahwa tidak boleh sembarangan saat memutuskan untuk naik gunung. Kesehatan fisik harus menjadi prioritas utama.

"Indikator utama yang perlu diperhatikan adalah tanda vital tubuh, seperti tekanan darah, denyut jantung, dan kemampuan tubuh untuk melakukan pemulihan. Ini menjadi syarat penting sebelum mendaki," ujar dr. Pande saat dihubungi di Jakarta, Selasa (1/7).

13 Makanan Sehat yang Bisa Meningkatkan Mood Secara Alami

Dr. Pande menjelaskan bahwa melakukan medical check-up sebelum mendaki gunung adalah langkah yang wajib, terutama bagi pendaki pemula. Pemeriksaan kesehatan ini bertujuan untuk mengetahui batas kemampuan tubuh menghadapi perubahan kondisi di ketinggian, seperti menurunnya tekanan udara, kadar oksigen yang lebih rendah, serta suhu dingin yang ekstrem.

"Selama kondisi tubuh bugar, tidak ada gangguan pada jantung dan ginjal, serta sudah melalui proses latihan fisik terkontrol, maka aktivitas mendaki tetap aman dilakukan, tidak terbatas usia," jelasnya.

5 Resep Lulur Alami dari Bahan Rumahan, Bikin Kulit Cerah dan Halus!

Kebugaran fisik tidak bisa didapatkan secara instan. Oleh karena itu, dr. Pande menyarankan untuk memulai latihan fisik minimal tiga bulan sebelum pendakian.

 

Jenis latihan yang direkomendasikan meliputi:

Latihan kardio seperti berlari, bersepeda, atau berenang untuk melatih fungsi jantung dan paru-paru.

Latihan kekuatan otot (weight training) untuk memperkuat otot kaki, punggung, bahu, dan tubuh bagian atas yang akan bekerja keras saat membawa beban dan melewati medan terjal.

 

Tidak hanya fisik, pola makan juga memegang peranan penting. Dr. Pande menekankan pentingnya mengatur asupan gizi dengan komposisi yang tepat menjelang pendakian.

Makanan yang disarankan antara lain:

Karbohidrat kompleks berpati seperti nasi merah, kentang, ubi, atau roti gandum sebagai sumber energi utama.

Serat larut untuk menjaga pencernaan tetap sehat selama perjalanan.

Protein dan lemak sehat untuk mendukung pembentukan dan pemeliharaan otot serta daya tahan tubuh.

Sebaliknya, dr. Pande menyarankan menghindari makanan berfermentasi sebelum mendaki. Makanan jenis ini bisa memicu gangguan pencernaan yang tentunya akan merepotkan di tengah perjalanan.

Kondisi dingin di gunung sering membuat orang lupa minum. Padahal, proses penguapan cairan tetap terjadi, baik melalui pernapasan maupun keringat. Oleh karena itu, menjaga keseimbangan cairan tubuh sangat krusial agar terhindar dari dehidrasi yang bisa menurunkan performa fisik.

Menurut dr. Pande, jika tubuh dalam kondisi sehat, bugar, dengan latihan fisik dan asupan gizi yang cukup, maka konsumsi suplemen tidak diperlukan.

"Kecuali dalam kondisi tertentu yang memang membutuhkan, suplemen tidak wajib. Kebutuhan setiap individu bisa berbeda," tegas dokter yang juga tergabung dalam Tim Medis dan Nutrisi Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) ini.

Mendaki gunung memang memberikan kepuasan tersendiri, namun perlu diingat bahwa persiapan fisik dan nutrisi yang tepat adalah kunci untuk menikmati petualangan dengan aman. Jangan sampai keinginan menaklukkan puncak justru berakhir pada kondisi darurat akibat kurangnya persiapan.

“Puncak gunung tidak akan lari ke mana-mana. Lebih baik terlambat naik daripada harus turun dengan masalah kesehatan,” tutup dr. Pande.